Popular Post

Archive for April 2016

ANALISIS UNSUR-UNSUR NOVEL Aku Harus Jadi Malaikat!

By : Unknown
ANALISIS NOVEL

TUGAS TERSTRUKTUR KAJIAN PROSA FIKSI
Disampaikan untuk memenuhi tugas terstruktur pada perkuliahan Kajian Prosa Fiksi Bahasa Indonesia yang diampu oleh Hj. Hendang Setijoharti, Dra.


Oleh :
                                                Nama               : Tubagus Bakhtiar Rifa’i
                                                NIM                : (41032121131014)
                                                Kelas               : IV A


PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA
2015
                                                                                                 


KATA PENGANTAR

Assalaamu’alaikum wr wb         
Segala puji dan syukur kami panjatkan atas kehadiran Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas terstruktur ini.
Tentunya dalam penulisan ini masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja, karena sesungguhnya kesempurnaan itu hanya milik Allah semata. Saya menyadari mungkin makalah ini tidak sebaik seperti yang diharapkan. Untuk itu saya mengharapkan kritik dan saran yang tentunya bertujuan untuk membangun demi kesempurnaan makalah – makalah selanjutnya.
Makalah ini tidak akan sempurna tanpa bantuan dari pihak – pihak tertentu, saya mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada dosen mata kuliah “kajian prosa fiksi” yang telah memberikan gambaran dan bimbingannya dalam penulisan makalah ini. Sehingga memotivasi saya untuk lebih berinisiatif dan memperbaiki kemungkinan kesalahan yang terdapat dalam penulisan makalah ini.
Semoga makalah ini tidak hanya dapat bermanfaat bagi saya pribadi, tetapi juga dapat memberikan manfaat bagi para pembaca, sehingga dapat menambah wawasan dan pengetahuan lebih untuk dikembangkan.
Wassalamualaikum wr wb



                                                                                                Bandung, 24 Mei 2015








A.     Teori Unsur Intrinsik dalam Karya Sastra
Tema
            Tema adalah gagasan pokok, yang dipakai sebagai dasar mengarang. Temamerupakan unsur penting. Tema lebih dari sesuatu yang dapat menjadi faktor  pemersatu berbagai unsur-unsur yang bersama-sama membangun karya sastra.
Alur
            Alur adalah penceritaan rentetan peristiwa yang penekanannya ditumpukan kepada sebab-akibat. Untuk merangkai peristiwa-peristiwa menjadi kesatuan yang utuh, pengarang harus menyeleksi kejadian mana yang perlu dikaitkan serta mana yang kiranya harus dipenggal ditengah-tengah. Hal yang demikian berguna untuk lebih menghidupkan cerita menjadi menarik sehingga pembaca berambisi untuk terus menekuninya.
Alur bisa dengan jalan progresif (alur maju) yaitu dari awal, tengah, dan akhir terjadinya peristiwa. Tahap progresif bersifat linier. Jalan regresif (alur mundur) yaiu bertolak dari akhir cerita, menuju tahap tengah atau puncak dan berakhir pada tahap awal. Tahap regresif bersifat non linier. Ada juga tehnik pengaluran dari progresif ke regresif. Selain yang tersebut diatas ada juga tehnik alur yang lain yaitu tehnik tarik balik (back tracking) yang dalam tahap tertentu peristiwa ditarik ke belakang.
Alur adalah sambung-sinambungnya peristiwa berdasarkan hukum sebab-akibat. Alur tidak hanya mengemukakan apa yang terjadi, tetapi yang lebih penting ialah menjelaskan mengapa hal itu terjadi, dengan sambung-sinambungnya peristiwa ini terjadilah sebuah cerita. Sebuah cerita bermula dan berakhir. Antara awal dan akhir ini lah terlaksana alur itu. Tentu sudah jelas, alur memiliki bagian-bagian yang sederhana yang dapat dikenal sebagai permulaan, pertikaian, dan akhir.
Struktur umum alur, dapat digambarkan sebagai berikut:
1.      paparan (exposition)
2.      rangsangan (inciting moment)
3.      gawatan (rising action)
4.      tikaian (conflict)
5.      rumitan (complication)
6.      klimaks (climax)
7.      leraian (falling action)
8.      selesaian (denouement)
  • Alur Maju dimana ceritanya bergerak maju. Contoh sederhana adalah misalnya cerpen itu awalnya menceritakan seorang anak kecil dan berkembang / berakhir saat dia telah remaja.
  • Alur mundur dimana ceritanya bergerak mundur, alias flashback. Biasanya bercerita tentang latar belakang sebuah kejadian misalnya cerita tentang seorang mantan veteran yang membayangkan kisah hidup nya di masa muda.
  • Campuran adalah cerita yang memiliki campuran alur maju dan mundur. Biasanya cerita ini dimulai di tengah tengah sementara cerita berkembang maju, beberapa kali ditampilkan beberapa potongan flash back yang menjelaskan latar belakang cerita.
Penokohan
Penokohan merupakan proses yang digunakan pengarang untuk menciptakan tokoh-tokoh pelaku cerita serta sifat atau gambaran yang berkenaan dengannya. Tokoh yang terdapat dalam suatu cerita memiliki peran yang berbeda-beda.
Menurut fungsinya, tokoh dibagi menjadi 3, yaitu:
1.      Tokoh Sentral, yaitu tokoh yang menentukan gerak dalam sebuah cerita.
2.      Tokoh Utama, yaitu tokoh yang mendukung suatu cerita baik tokoh protagonist, maupun antagonis.
3.      Tokoh Pembantu, tokoh yang hanya berfungsi melengkapi terjadinya suatu cerita.
Menurut perannya, tokoh dibagi menjadi 3, yaitu:

  1. Tokoh Protagonis, yaitu pelaku yang memiliki watak yang baik sehingga disenangi pembaca.
  2. Tokoh Antagonis, yaitu pelaku yang tidak disenangi pembaca karena memiliki watak yang tidak sesuai dengan apa yang diidamkan pembaca.
  3. Tokoh Tritagonis, pelaku yang membantu dalam suatu cerita, baik tokoh protagonist maupun antagonis.
Penokohan adalah penampilan watak atau karakter para tokoh oleh pengarang.
Penampilan watak yang dilakukan pengarang ada tiga macam cara, yaitu:
1.      Cara Analitik, yaitu pengarang secara langsung memaparkan watak tokoh-tokohnya. Misalnya, pengarang menyebutkan watak tokoh yang pemarah, otoriter, sombong, kasar, dan sebagainya.
2.      Cara Dramatik, yaitu watak tokoh yang dapat disimpulkan dari pikiran, cakapan, perilaku, bahkan penampilan fisik, lingkungan atau tempat tokoh, cara berpakaian dan pilihan nama tokoh, dan sebagainya.
3.      Cara Campuran, yaitu gambaran watak tokoh menggunakan cara Analitik dan Dramatik secara bergantian.

Latar
            Latar adalah tempat suatu peristiwa dalam cerita yang bersifat fisikal biasanya berupa waktu, tempat dan ruang. Termasuk di dalam unsure latar adalah waktu, hari, tahun, periode sejarah, dan lain-lain. Latar cerita mencakup keterangan-keterangan mengenai keadaan sosial dan tempat dimana peristiwa itu terjadi.
Fungsi latar selain memberi ruang gerak pada tokoh juga berfungsi untuk menghidupkan cerita. Dalam latar ini, pengarang menampilkan tokoh-tokoh dan peristiwa-peristiwa yang saling berkaitan untuk membangun cerita yang utuh. Kemunculan latar dalam cerita disebabkan adanya peristiwa, kejadian, juga adanya tokoh. Tokoh dan peristiwa membutuhkan tempat berpijak, membutuhkan keadaan untuk menunjukkan kehadirannya.
Latar yang disebut juga sebagai landas tumpu, menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan (Abrams dalam Nurgiyantoro, 2000:216).
Latar terbagi menjadi tiga kategori, yaitu: tempat, waktu, dan sosial. Yangdimaksud sebagai latar tempat adalah hal-hal yang berkaitan dengan masalah geografis, latar waktu berkaitan dengan masalah-masalah historis, dan latar sosial berhubungan dengan perilaku atau tata cara kehidupan kemasyarakatan, yang dapat berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir dan bersikap, dan lain-lain.

Sudut Pandang
           
Sudut pandang ialah cara pengarang menampilkan para pelaku dalam cerita yang dipaparkan. Sudut pandang merupakan hasil karya seorang pengarang sehingga terdapat pertalian yang erat antara pengarang dengan karyanya.
Sudut pandang menyarankan pada cara sebuah cerita kisahan. Ia merupakan cara atau pandangan yang dipergunakan pengarang sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar dan berbagai peristiwa yang membentuk cerita dalam sebuah karya fiksi kepada pembaca. Pusat pengisahan meliputi: narrator omniscient, narrator observer omniscient, narrator the third person omniscient.
Sudut pandang cerita itu sendiri secara garis besar dapat dibedakan kedalam 2 macam: persona pertama, gaya “aku”, dan persona kedua gaya “dia”.
1.      Sudut pandang orang pertama yaitu pengarang menempatkan dirinyasebagai pelaku sekaligus narator dalam cerita. Menggunakan kata ganti “Aku” atau “Saya”. Walau demikian, sudut pandang ini bisa dibedakan berdasarkan kedudukan “Aku”. Apakah dia sebagai pelaku utama cerita? atau hanya sebagai pelaku tambahan yang menuturkan kisah tokohlainnya?
2.      Sudut pandang orang ketiga yaitu pengarang menempatkan dirinya sebagainarator yang berada di luar cerita, atau tidak terlibat dalam cerita. Dalamsudut pandang ini, narator menampilkan tokoh-tokoh cerita dengan menyebut namanya, atau kata gantinya; “dia” atau “ia”. Sudut pandang orang ketiga dapat dibedakan berdasarkan tingkat kebebasan danketerikatan pengarang terhadap cerita. Pada satu pihak, pengarang ataunarator dapat bebas mengungkapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan tokoh “Dia”. Di pihak lain, pengarang atau narator tidak dapat leluasa menguangkapkan segala hal yang berhubungan dengan tokoh “Dia”, atau dengan kata lain hanya bertindak sebagai pengamat.
Amanat
            Amanat adalah suatu ajaran moral atau pesan yang ingin disampaikan pengarang. Amanat dipakai pengarang untuk menyampaikan tanggung jawab problem yang dihadapi pengarang lewat karya sastra.
Istilah amanat berarti pesan. Amanat cerita merupakan pesan pengarang kepada pembaca. Pesan yang hendak disampaikan mungkin tersurat, tetapi mungkin juga tidak jelas, samar-samar atau tersirat.
Gaya Bahasa
Bahasa dalam karya sastra mempunyai fungsi ganda. Ia tidak hanya sebagai alat penyampaian maksud pengarang, melainkan juga sebagai penyampai perasaan. Pengarang dalam menyampaikan tujuannya dapat menggunakan cara-cara lain yang tidak kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Cara-cara tersebut misalnya dengan menggunakan perbandingan-perbandingan, menghidupkan benda-benda mati, melukiskan suatu keadaan dan menggunakan gaya bahasa yang berlebihan.
Gaya bahasa meliputi; Personifikasi, Perbandingan Metafora, Alegori, Perumpamaan, Majas Hiperbola, Pertentangan ironi, Litotes, Metonimia, Pertautan Alusio, Eufimisme, Sinekdok, dan Parsprototo Totemproparte.





B.  Analisis Unsur-unsur Novel

Judul                                       : Aku Harus Jadi Malaikat!
Pengarang                               : Zakiyah D. Aziz                
 Penerbit                                   : DIVA Press
Tempat dan Tahun Terbit        : Jogjakarta, Mei 2013
Cetakan                                   : Pertama
Tebal Novel                             : 259 halaman


SINOPSIS NOVEL
      Ketidak sanggupan dalam menghadapi kenyataan yang begitu pahit, seorang yang dulunya tampan nan gagah perkasa kini ia hrus menjalani kehidupannya dengan satu kaki. Hal tersebut membuat seorang Adi Nugroho menjalani kesehariannya dalam sebuah keterpurukan yang menkutkan, seakan tak percaya bahwa sekarang ia adalah seorang BUNTUNG. Kurang lebih selama dua bulan Adi mengurung dirinya hanya melakukan segala aktivitasnya didalam kamar.
      Suatu kejadian yang tidak akan pernah Adi lupakan, saat Adi dan teman-temannya menonton sebuah konser musik di Ancol, sebuah kecelakaan kecil terjadi.karena banyaknya penonton hingga berdesak-desakan, sandal yang Adi kenakan pun terlepas. Dan saking asyiknya Adi mengikuti deru irama musik yang menghentak Adi pun tidak memperhatikan tanah yang ia injak dan ternyata ada pecahan botol dari bahan beling. Darah pun seketika mengalir dari telapak kakinya. Namun ia pikir itu hanyalah luka biasa yang tidak berbahaya. Itulah awal dari peristiwa tragis yang saat ini ia alami. Luka yang dulunya ia acuhkan lama-lama membengkak, dan terinfeksi titanus. Dari situlah Dokter menyarankan agar kakinya segera di amputasi, kalau tidak ingin penyakit itu menjalar keseluruh tubuh dan bisa menyebabkan kematian.
      Berkat dukungan kelurga dan sahabatnya yang tak lelah-lelahnya memberikan suntikan semangat kepada Adi walaupun terkadang Adi menanggapinya dengan sikap acuh tak acuh bahkan malah balik memarahi mereka.tetapi berkat mereka lah, kini perlahan tapi pasti Adi mulai meninggalkan keterpurukan yang menimpanya, ia mulai mau keluar rumah dengan adik-adiknya guna berolah raga pagi. Membuka les privat walaupun muridnya hanya satu,yaitu Farida siswi kelas 3 SMP yang tidak lain adalah adik dari sahabatnya Firman, yang baru dikenalkannya ketika bertemu dijalan sewaktu Adi jalan-jalan pagi.
      Melihat perkembangan anaknya yang mulai menjalani kehidupannya seperti semula, Bapaknya Adi pun berinisiatif untuk membelikannya kaki palsu atau sering disebut “Kaki Robocop”, hal tersebut disambut bahagia oleh Adi, karena Adi sendiri juga akan melanjutkan kuliahnya yang sempat berhenti karena kejadian itu, Adi dibantu oleh Firman dan temannya Bambang seorang aktivis kerohanian yang ada dikampus adi memutuskan untuk tinggal dikost-kostan dekat kampus bersama Bambang, meskipun awalnya orangtua Adi tidak mengijinkannya untuk tinggal dikost tetapi setelah diberi pengarahan oleh Firman dan Bambang akhirnya kedua orangtuaku mengijinkan walaupun penuh dengan rasa kekhawatiran. Tidak hanya itu, Adi juga mengikuti sebuah kgiatan yang mungkin menurut kita tidak mungkin dilakukan oleh seorang yang BUNTUNG seprti Adi, sebab untuk mengurus dirinya sendiri saja mungkin dia masih kesulitan, apa lagi harus mendaki gunung Pangrango, puncak tertinggi Jawa Barat. Tapi Adi membuktikan bahwa ia mampu menaklukkan dirinya sendiri walau dengan keterbatasan yang ia miliki.
      Pada awal-awal Adi tinggal dikost, Adi merasakan kesulitan bahkan sempat putus asa, tetapi berkat bantuan teman-temannya dikost, ia bisa menjalaninya dengan tegar, sekarang ia harus menyiapkan sendiri, yang tadinya segala sesuatu Ibu yang menyiapkan segala keperluannya. Kini ia tumbuh menjadi seorang yang mandiri.
      Dikampus Adi menjadi salah satu anggota Aktivis kerohanian, itu karena sahabatnya Firman dan Bambang yang sering mengajaknya menghadiri pengajian-pengajian yang ada dikampus dan sekitarnya, hingga suatu saat Firman mengajak Adi untuk pergi kesebuah Panti Asuhan yang sering Firman kunjungi. Kebetulan Panti Asuhan tersebut sedang mengadakan    kegiatan rutin untuk memberikan motivasi kepada anak yatim yang ada pada Panti Asuhan tersebut, ketika acara dimulai ternyata Firman menunjuk Adi untuk menjadi pembicara dalam kegiatan tersebut, mau tidak mau Adi harus menjadi pembicara, karena Ibu Fatimah Selaku pengasuh Panti Asuhan tersebut mempercayakan itu kepada Adi. Adi pun menceritakan semua kisah hidupnya yang penuh dengan keharuan, sontak seisi Aula menangis haru, hingga Ibu Fatimah pun juga terlihat prihatin atas kisah kehidupan Adi. Seorang BUNTUNG yang dulunya hanya bisa mengeluh dan menyesal atas nasib yang ia dapatkan, kini menjadi seorang yang mandiri dan sanggup menjalani kerasnya kehidupan. Dari situ lah Adi mulai aktif menjadi seorang Motivator dalam setiap kegiatan yang ia ikuti.
      Selain itu, Adi juga mulai memikirkan keinginannya dulu yang ingin membelikan rumah mewah seprti yang ada pada kawasan perumahan elite di daerah Kebayoran Baru. Tapi ia sadar diri, dia hanyalah seorang mahasiswa cacat yang masih meraba-raba masa depannya. Dari situlah ia berusaha untuk berusaha mewujudkan keinginannya itu, sampai suatu ketika saat ia berada di Panti Asuhan yang biasa ia dan Firman kunjungi, ia diutus oleh Ibu Fatimah untuk menemui anaknya yang bukan lain adalah seorang pengusaha properti yang sangat sukses, ia berpikir.“Kalau hanya uang untuk pembangunan rumah mah gampang, yang penting tahu ilmunya dulu dari si tukang pembuat bangunan.” Mungkin dari sini lah tumbuh rasa untuk dapat mewujudkan keinginannya yaitu memblikan rumah yang mewah untuk Orang tuanya. Keesokan harinya ia berangkat ke kantor yang ditunjukkan oleh Ibu Fatimah untuk menemui anaknya itu. Ternyata Pak Herman namanya, seorang yang katantya pengusaha sukses, namun sungguh bersahaja. Hanya menggunakan kaus lengan pendek dan celana kain yang duduk di sebuah kantor yang cukup mewah. Di sana Adi disambut dengan sangat ramah, hingga akhirnya Adi diberi sebuah pekerjaan dibidang marketing atau bagian pemasaran, walaupun kedengarannya sangat sulit, tapi Adi tetap mengambilnya. Lumayan untuk tambahan uang kuliah sekaligus belajar menjadi seorang pengusaha walaupun dimulai dari pekerjaan yang paling rendah, walau pun demikian, untuk menjadi seorang penguaha harus bisa menjual, karena kemampuan menjual adalah salah satu skill yang mesti dimiliki jika kita ingin menjadi pengusaha.
      Hari demi hari bulan demi bulan telah Adi lewati dengan segala keterbatasannya, sampai-sampai dia lupa kalau sudah terlalu lama ia meningglaikan tugas skripsinya. Ia pikir menjadi motivator meskipun kelas kampungan itu lebih mengasyikkan dari pada harus  bergelut dengan proposal skripsi yang super-super membingungkan, belum lagi dengan dosennya yang super killer, itu semua akan membuat hari-harinya dalam kebingungan yang tak berujung. Hingga akhirnya karena dukungan keluarga dan sahabat-sahabatnya ia mulai menggarap skripsiny itu, tak butuh waktu lama untuk menyelesaikan tinggal melanjutkan judul skripsi yang dulu dan cukap dua minggu pun jadi, akhirnya dia pun lulus dan diwisuda.
      Kejutan pun tiba. Tanpa harus susah payah melamar pekerjaan, Adi langsung ditawari oleh Pak Herman untuk menjadi asisten Mas Aji seorang manager marketing yang tugasnya bertemu dengan para klien, presentasi, dan bernegosiasi. Dari sana lah Adi mendapatkan relasi yang cukup banyak. Saking asyiknya bergelut dengan pekerjaannya, sampa-sampai tidak terpikir untuk mencari pasangan hidup. Hingga suatu ketika Firman datang kerumahku bersama dengan dua orang wanita, ternyata itu istri dan adiknya, mereka berbicang-bincang, dan tak tahu mengapa Ibu menanyakan “apakah Farida sudah mempunyai calon atau belum,? Kalau belum, Adi juga belum lho!” ternyata kalau sudah jodoh memang tidak akan kemana-mana, Farida pun mau dengan Adi yang hanya seorang buntung, dan akhirnya mereka pun menikah
      Tak selesai sampai disitu, Adi mencoba untuk merintis sebuah perusahaan properti seperti yang ia mimpikan dulu, bersama Mas Adrian ia membuka perusahaan CV Bangkit Nusa Jaya dengan direktur Adi Nugroho dan pemegang saham Mas Adrian. Namun perusahaan itu tak bertahan lama, Mas Adi membawa kabur seluruh modal yang mereka miliki, hingga Adi pun mengalami kerugian ratusan juta. Berkat dukungan istri dan keluarganya Adi merintis kembali perusahaan bersama sahabatnya Bambang dengan mengganti nama menjadi CV Agung Perkasa yang sengaja diambil dari sepenggal nama putranya, dengan modal dasar relasi yang cukup banyak, lambat laun perusahaan mereka mulai menunjukkan dirinya sebagai perusahaan yang patut diperhitungkan.
      Dan akhirnya dengan segala keterbatasannya, seorang Adi Nugroho dapat menjadi seorang yang sukses dengan menjadi pengusaha properti yang sudah tidak diragukan lagi kedudukannya dan menjadi motivator yang luar biasa.


ANALISA UNSUR INTRINSIK NOVEL

1.    Tema
      Tema merupakan ide pokok pengarang dalam menyusun  karya sastranya. Tema merupakan hal yang ingin disampaikan dan dipecahkan oleh pengarang melalui ceritanya. Dan tema yang terdapat dalam novel Aku Harus Jadi Malaikat! adalah “Jangan pernah putus asa dalam menjalani kehidupan walau bagaimanapun keadaannya”

2.    Penokohan
      Tokoh utama dalam novel Aku Harus Jadi Malaikat! adalah Adi Nugroho, Adi Nugroho yang dulunya adalah seorang yang pesimistis, mudah mengeluh, dan mudah putus asa. Namun setelah mendapatkan masukan dari keluarganya dan sahabatnya akhirnya dia menjadi seorang yang tegar serta optimistis dalam menjalani kehidupanya.
“Tiada lagi yang bisa menghalangi termasuk ketakutan diri. “Aku harus berhasil atau mati sajalah.” (AHJM, 2013; 119)
“Sebenarnya yang mengerdilkan kita ya diri kita sendiri. Bisa pengaruh orang lain yang negatif dan bisa juga rasa minder yang tumbuh dari dalam diri sendiri. Padahal, apa yang orang lain katakan kepada kita itu tidak penting, yang terpenting adalah apa yang kita katakan pada diri kita sendiri. Lalu apa yang akan terjadi kepadaku? Ah sungguh aku tidak tahu. Tugasku yang terpenting adalah menaklukkan diriku sendiri terlebih dahulu agar aku bisa mengangkat kepalaku dan mengepakkan sayapku lebih tinggi.” (AHJM, 2013: 74)
      Tokoh utama yang kedua dalam novel Aku Harus Jadi Malaikat! adalah Firman, Firman adalah teman dekat Adi Nugroho.  Ia adalah sosok sahabat yang selalu memberikan motivasi dan dukungan kepada Adi, agar dia dapat bangkit dari keterpurukan dan sanggup menjalani kehidupannya dengan semangat.
“Di, meskipun loe udah lama nggak masuk kuliah, loe tetep temen gue. Nanti kalo loe udah siap, loe masuk kuliah lagi. Sayang Bro, hari gini nggak kuliah.” (AHJM, 2013: 26)
“Siapa bilang loe nggak bisa melakukan apa-apa lagi? Coba loe lihat, orang-orang yang ditengah keterbatasan justru mampu menciptakan prestasi yang gemilang melebihi orang normal. Kenapa loe nggak meliat mereka? Yang loe lihat malah para penyandang cacat yang akhirnya jadi pengemis. Gue nggak mau temen gue jadi seperti itu, apalagi orangtua loe. Lihat betapa Ibu loe begitu sabar meladeni loe, berharap loe akan kembali semangat. Lihat Bapak loe bekerja keras mencari nafkah untuk menyekolahkan loe dan adik-adik loe. Tidak lain agar kalian bisa menjadi orang yang pandai dan berguna. Gue paham, kondisi loe sekarang memeng sulit. Gue pun tidak mau kaki hilang satu, tapi percayalah Allah menyiapkan loe jadi orang yang hebat dengan peristiwa ini. Berpikirlah optimis, loe punya kemampuan yang bisa digali. Percayalah pada diri sendiri, Bro,” ungkap Firman panjang lebar menasehati.” (AHJM, 2013: 28)

      Tokoh utama yang ketiga dalam novel Aku Harus Jadi Malaikat! adalah Farida, adik dari Firman yang tak lain adalah istri Adi Nugroho. Farida adalah istri yang sangat setia, penyabar, pengertian dengan kondisi suaminya, dan sangat tulus dalam merawat suaminya walau bagaimanapun keadaan suaminya.
“Hari-hari kami lalui dengan bahagia. Istriku sangat sabar merawatku, hingga berat badanku sudah naik beberapa kilo meski pernikahan kami belum lama. Dia juga tampak bahagia bisa mengabdi kepada suami. Katanya dia senang idamannya menjadi seorang istri yang selama ini ia khayalkan akhirnya terwujud. Dia menikmati pekerjaannya mengurus suami, menyediakan makan untukku, mencuci dan menyetrika baju, merawat rumah meski ngotrak, dan juga menungguku kembali dari kerja untuk menemani malam-malamku. Katanya, “seserasa setiap gerakan tangan dan kakiku sekarang adalah pahala, Kak. Aku bangga menjadi istrimu.” Hemm aku melayang mendengar ucapannya itu. Aku tak salah memilih istri yang shalihah sepertinya.” (AHJM, 2013: 214)
“Melihat Kakak pulang dengan selamat aku sudah senang. Uang bisa dicari lagi, Kak. Besok aku bantu menyelesaikan masalah proyek itu ya, Kak, siapa tahu masih bisa diatasi sehingga Kakak nggak rugi.” (AHJM, 2013: 224-225)
      Selain dari beberapa tokoh utama tadi, terdapat pula beberapa tokoh tambahan yang terdapat dalam novel Aku Harus Jadi Malaikat! yaitu Bapak, Ibu, Wahyu, Ningsih, Bambang, Bu Fatimah, Pak Herman, dan Mas Ardian. Mereka merupakan tokoh tambahan yang menjadi bumbu dalam konflik-konflik didalam novel tersebut. Tanpa kehadiran mereka, novel ini tidak mungkin menjadi semenarik dan sesempurna ini, konflik-konflik yang terjadi akibatkan oleh segala tingkah laku tokoh utama dan tokoh tambahan tersebut.
      Bapak merupakan Ayah Kandung dari Adi Nugroho, bapak dalam novel ini memiliki perwatakan yang kalem dan bijaksana.
“Selamat kamu telah berhasil, Nak. Tapi, hidupmu masih panjang ini adalah awal untuk kamu mengepakkan sayap. Mau kemana dan mau berbuat apa itu masih harus kamu jalani dan pikirkan. Bapak sudah tidak mengkhawatirkanmu lagi. Jika kamu bisa melampaui yang dulu hingga berhasil sampai disini. Bapak yakin, kamu pasti juga bisa menjalani kehidupan selanjutnya dengan lebih baik,” nasihat Bapak setelah memberikan selamat kebanggan kepadaku.” (AHJM, 2013: 171)
      Ibu meupakan Ibu Kandung dari Adi Nugroho, Ibu dalam novel ini memiliki perwatakan baik hati, penyayang terhadap anak-anaknya.
“Dengarlah, Nak, walaupun kamu tak lagi berkaki lengkap, tapi kamu tetaplah masih anak Ibu yang tanpan. Banyak hal yang masih bisa kau lakukan meskipun hanya dengan satu kaki,” ungkap ibu menghiburku sambil masih membelai rambutku,”(AHJM, 2013: 17-18)
      Wahyu merupakan adik laki-laki dari Adi Nugroho, sosok yang cerdas, haus akan kajian keilmuan, dan seorang yang Religius.
“Beda lagi dengan Wahyu, dia orangnya sangat Relgius. Setamat dari SMA, ini dia malah berminat untuk nyantri di Jawa. Belajar di Pesantren sembari kuliah. Bapakku sebenarnya sedikit keberatan. Terang saja, kami bukan berasal dari keluarga Religius.”(AHJM, 2013: 41)
      Ningsih merupakan adik perempuan Adi Nugroho, Ningsih merupakan sosok adik yang baik hati dan perhatian terhadap Kakaknya.
“Pagi harinya, Ningsih tanpa kuduga sudah menyiapkan kaus, celana panjang, dan juga sarapan. Dia pun sudah berdandan rapi. Aku tak dapat mengelak untuk segera mandi dan menuruti keinginannya”. (AHJM, 2013: 31)
      Bambang merupakan teman sekostan Adi Nugroho dan juga teman Firman. Seorang laki-laki yang santai, dan tidak banyak basa-basi.
“Dua hari kemudian, Firman temannya yang bernama Bambang ke rumahku. Seorang yang cukup gagah berhidung mancung, berkulit sawo matang dan bertubuh kekar. Rambut sedikit gondrong, dengan pakaian yang santai hanya kaus oblong dan celana jins longgar serta sendal jepit. Jauh dibanding dengan anak-anak kampus yang aktivis kerohanian. Biasanya mereka berbaju necis, rambut klimis, disertai senyum tipis. Ternyata orang ini tidak banyak basa-basi, ketemu langsung main salam persahabatan dan peluk keakraban. Seakan aku ini teman yang lama tidak berjumpa saja, padahal baru kenal. Tapi aku suka gayanya, santai tidak banyak unggah-unguh yang kadang baik, namun terkadang juga menjadi sekat perbedaan antar manusia. Padahal semua manusia kan sama.”(AHJM, 2013: 53)
      Ibu Fatimah seorang janda yang ditinggal suaminya. Beliau merupakan pengasuh Panti Asuhan, baik hati, dan dermawan.
”Anak-anaksudah pada punya pekerjaan sendiri-sendiri, ketimbang saya tidak ada teman dirumah, ya mending saya ajak anak-anak yang terlantar kemeri untuk saya asuh.” (AHJM, 2013: 87)  
      Pak Herman merupakan anak dari Ibu Fatimah, seorang pengusaha properti yang sukses, ia merupakan pribadi yang baik hati, sederhana, dan bersahaja.
“Sosok itu meski katanya orang sukses, namun sungguh bersahaja. Hanya menggunakan kaus lengan pendek dan celana panjang kain dia duduk di sebuah kantor yang cukup mewah.” (AHJM, 2013: 100)
      Mas Ardian merupakan rekan sekantor Adi Nugroho, seorang yang haus akan kekayaan yang melipah, dan ambisius.
“Saya kira Mas Ardian terlalu berambisi. Aku kurang setuju denganmu. Jadi, saya iker pembicaraan ini kita cukupkan saja.” Ujarku dengan serius. Tampak kekecewaan di wajahnya, namun aku tak pedulikan. Aku rasa dia hanya mengambil keuntungan untuk dirinya sendiri.” (AHJM, 2013: 203)

3.    Plot Atau Alur
      Plot atau alur merupakan cara pengarang menjalin peristiwa-peristiwa dalam cerita secara beruntun sehingga membentuk kesatuan yang padu, bulat, dan utuh. Plot atau alur merupakan elemen penting dalam membentuk sebuah karya. Dalam novel Aku Harus Jadi Malaikat! memiliki alur progresif atau alur maju. Urutan peristiwa diuraikan atau diceritakan secara runtut, dari awal hingga akhir. Hal ini dibuktikan oleh beberapa tahapan sebagai berikut.
      Tahap awal atau tahap pengenalan didahului oleh narasi yang menceritakan tentang seorang yang mengalami sebuah kecelakaan kecil yang berakibat sangat fatal bagi kelanjutan hidupnya.
“Saat aku dan teman-teman menonton musik di Ancol, sebuah kecelakaan kecil terjadi. Karena banyaknya penonton hingga berdesak-desakkan, sandal yang aku pakai pun terlepas. Dan saking asyiknya mengikuti deru irama musik yang menghentak aku pun tak memperhatikan tanah yang kuinjak, dan ternyata ada pecahan botol dari bahan beling. Darah pun seketika mengalir dari telapak kakiku. Namun aku pikir itu adalah luka biasa yang tak berbahaya. Itulah awal dari peristiwa tragis yang saat ini aku alami. Luka yang kuacuhkan lama-lama membengkak, kakiku terinfeksi. Dan aku tidak mengira luka itu menjalar dan kakiku pun seakan membusuk. Ternyata aku terkena tetanus. Dari situlah saran dokter agar kakiku segera diamputasi, kalau tidak penyakit bisa menjalar keseluruh tubuh dan bisa menyebabkan kematian. Ibuku menangis, demikian juga kedua adikku. Bapakku terdiam menerima kenyataan.” (AHJM, 2013: 24)
      Tahap kedua yakni konflik / titik awal pertikaian, awal pertikaian timbul ketika seorang Adi Nugroho berfikir bahwa dirinya sudah tidak bisa mewujudkan masa depan yang indah dengan keadaan seperti itu.
“Aku kembali terdiam. Aku benar-benar tak punya masa depan. Untuk apa aku keluar rumah jika teman-teman pun tak ada lagi yang peduli lagi denganku? Sudah aku putuskan untuk keluar dari universitas dan aku akan menjalani hidupku di dalam kamar. Entah apa yang akan kulakukan dengan kondisi seperti ini. Mungkin aku akan menunggu saat kematianku dengan menikmati hidup seperti ini.” (AHJM, 2013: 19)
      Tahap ketiga yaitu peleraian masalah, yaitu dimulai dari Adi Nugroho mulai menjadi seorang terbuka, menjadi seorang motivator, dan merintis bisnis properti.
“Alhamdulillah, akhirnya kamu mau terbuka, Nak, Ibu senang sekali,” katanya. Aku hanya tersenyum.” (AHJM, 2013: 29)
“Gara-gara aku sering mengisi kegiatan untuk anak-anak panti dan anak-anak jalanan aku dijuluki motivator oleh teman-temanku. Kata mereka gayaku tak kalah dengan Reza M. Syarif. Ah masa iya sih?. Aku juga selelu semangat seperti motivator yang selalu antusias Tung Desm Waringin, dan juga aku bijaksana meniru motivator yang cool and calm tapi setiap ucapannya dahsyat menyentuh setiap nurani yang redup menjadi tercerahkan Mario Teguh. Sebenarnya itu karena aku mencontoh ilmu mereka, tapi tentunya aku masih jauh dari mereka.” (AHJM, 2013: 147)
“CV Bangkit Nusa Jaya dengan direktur Adi Nugroho tengah membangun sebuah perumahan dengan total pembiayaan tiga milyar rupiah. Proyek yang cukup besar untuk pemula sepertiku saat ini.” (AHJM, 2013: 218)
      Tahap akhir dalam novel Aku Harus Jadi Malaikat! adalah, bahwa ia mempunyai istri, mempunyai anak disertai kesuksesan dalam berkarir sebagai pebisnis properti, dan menjadi motivator ulung.
“Pernikahanku berlangsung cukup meriah. Aku ingin memberikan yang terbaik untuk istriku, meski dia tidak meminta. Sanak saudara, teman, rekan kerja berkumpul untuk memberikan do’a dan ucapan selamat kepada kami. Mereka bilang kami pasangan yang serasi. Aku bangga dibuatnya.” (AHJM, 2013: 213)
“Jika Tuhan telah berkehendak memang tidak ada yang mustahil. Perusahaan baruku CV Agung Perkasa yang sengaja aku ambil dari sepenggal nama putraku, sudah mulai beroprasi. Aku masih dipercaya oleh berbagai pihak untuk membangun proyek. Meskipun proyek kecil namun yang terpenting perusahaan punya nama yang bisa diandalkan terlebih dahulu.” (AHJM, 2013: 245)
“Meski aku telah dibilang telah sukses dalam bisnis, namun ada yang selalu mengetuk hatiku untuk tidak tinggal diam di dalam rumah menikmati hasil kerja kerasku. Ada bisikan hati yang selalu mengetukku untuk berbagi dengan sesama. Mungkin karena sibuk dengan urusan perusahaan akhir-akhir ini sehingga aku hampir saja melupakan hobiku untuk memberikan motivasi kepada saudara-saudarku yang membutuhkan. Saat ada tawaran mengisi sesi motivasi di sebuah pusat rehabilitasi narkoba, aku langsung menyetujuinya. Aku rindu berbagi cerita dan mendengarkan keluhan mereka juga mencoba memberikan solusi bagi mereka.” (AHJM, 2013: 251)
“Suatu pagi, ada telepon dari seorang yang belum aku kenal sebelumnya. Dan setelah mengobrol singkat, aku diminta untuk datang ke sebuah kantor untuk meeting guna mengadakan kerjasama denganku. Dan akhirnya aku tahu bahwa pihak yang ingin bertemu denganku dan ingin mengadakan kerjasama itu adalah sebuah stasiun TV swasta yang ingin mengadakan program motivasi dan inspirasi. Mereka memilihku untuk menjadi narasumber di acara tersebut. Rencana ada beberapa episode yang telah ditentukan, dan jika sambutan dari masyarakat bagus, maka kontrak bisa diperpanjang. Masuk TV? Hemm mimpi kali yeee! Itu dulu. Dan sekarang itu akan menjadi kenyataan. Aku tak pernah menghayalkan dan tanpa direncanakan justru pihak Televisi seendiri yang mengajukan penawaran.” (AHJM, 2013: 257)

4.    Setting
      Setting dari novel Aku Harus Jadi Malaikat! terdiri dari beberapa tempat, mulai dari Panti Asuhan, kampus, hingga kompleks perumahan elit. Tetapi yang paling penting penekanannya dalam novel ini adalah rumah keluarga Adi Nugroho.
“Sudah hampir dua bulan sejak kepulanganmu dari rumah sakit, kamu belum pernah keluar rumah. Dikamar terus, nanti kamu malah semakin jenuh, Nak. Cobalah keluar mencari udara segar kambil melatih kakimu itu,” pinta ibuku.”(AHJM, 2013: 15)
      Didalam novel ini juga sangat banyak latar tempat lainnya, antara lain kamar Adi, beranda rumah, lapangan, ujung pertigaan jalan, ruang tamu, kampung pesisir laut Jawa, dan lain sebagainya.
“Firman adalah teman akrab dikampus dulu. Kami suka main kemana-mana bersama. Namun sejak aku diamputasi, aku jarang pergi-pergi bersamanya lagi, kecuali dia yang sering berkunjung kerumah. Kutemui dia di beranda rumah, dan aku sudah tahu apa kalimat yang akan diucapkan pertama kali.” (AHJM, 2013: 26)
“Kami pun meneruskan perjalanan hingga ke lapangan. Dan ternyata di sana banyak orang berolahraga, memanfaatkan hari libur dan sekolah.” (AHJM, 2013: 23)
“Besokkan hari minggu, Ningsih ajakin mas Adi jalan-jalan yuk! Di ujung pertigaan jalan rumah ini ada tukang bakso baru. Selama mas Adi mengurung diri di rumah kan belum pernah ke sana. Mau gak, Mas?” (AHJM, 2013: 30)
“Keesokan harinya, senin tepatnya pukul 15.30, aku sudah menyiapkan diri menyambut siswa pertamaku. Aku memanfaatkan ruang tamu untuk dijadikan tempat belajar.”(AHJM, 2013: 36)
      Kemudian mengenai setting waktu, dalam novel ini juga memiliki banyak latar waktu, diantaranya yaitu, pagi hari, hari minggu, senin pukul 15.30, dan lain sebagainya.
“Ohhh… andaikan saja aku tak lagi mampu memuka mata, dan aku tetap dalam mimpi indah yang tanpa rasa duka aku tak lagi merasakan dinginnya udara pagi yang menusuk-nusuk dan membuat lara.”(AHJM, 2013: 11)
“Besokkan hari minggu, Ningsih ajakin mas Adi jalan-jalan yuk! Di ujung pertigaan jalan rumah ini ada tukang bakso baru. Selama mas Adi mengurung diri di rumah kan belum pernah ke sana. Mau gak, Mas?” (AHJM, 2013: 30)
“Keesokan harinya, senin tepatnya pukul 15.30, aku sudah menyiapkan diri menyambut siswa pertamaku. Aku memanfaatkan ruang tamu untuk dijadikan tempat belajar.”(AHJM, 2013: 36)
      Dan yang terakhir yaitu latar suasana, dalam novel ini terjadi kejadian yang menyebabkan banyak suasana, mulai dari hening, tegang, sedih, sampai bahagia dan sangat gembira.
“Sayup-sayup suara adzan subuh melintas ditelinga. Hembusan angin malam menelusup melalui lubang-lubang ventilasi, dingin. Tak peduli meski selimut tebal sudah kukenakan, hawa dingin yang lembut tetap mengoyak kulit.” (AHJM, 2013: 11)
“Ya Allah, Nak, hati-hati. Masya Allah, bagaimana ini?” suara ibu penuh ketegangan.”(AHJM, 2013: 15)
“Tentu saja aku senang, Ayah, hanya aku tidak menyangka akan tinggal dirumah sebagus itu. Padahal, jika pun kita tinggal di rumah yang sederhana namun milik kita bukan lagi kontrak, itu saja aku sudah bahagia. Apalagi Ayah akan membawa kami ke rumah yang indah itu, aku sangat gembira.” (AHJM, 2013: 249)

5.    GAYA BAHASA
      Gaya bahasa merupakan cara yang khas pengungkapan seorang pengarang, masing-masing pengarang memiliki ciri tersendiri berbeda satu sama lain.
Dalam novel ini secara keseluruhan menggunakan bahasa yang sederhana. Namun pada saat percakapan lebih banyak menggunakan bahasa anak muda zaman sekarang, yang cenderung santai dan tidak formal. Adapun beberapa tokoh yang menggunakan bahasa jawa pada saat percakapan, meskipun hanya sedikit.
”Aku kembali terdiam. Aku benar-benar tak punya masa depan. Untuk apa keluar rumah jika teman-teman pun tak ada yang peduli lagi denganku? Sudah aku putuskan untuk keluar dari universitas dan aku menjalani hidupku di dalam kamar. Entah apa yang akan kulakukan dengan kondisi seperti ini. Mungkin aku akan menunggu dengan menikmati hidupseperti ini.” (AHJM, 2013: 19)
“Emang gue udah nggak berguna kok, Bro, apa sih yang bisa gue lakuin? Gak ada. Biarin aja gue begini, hidup-hidup gue, kenapa loe repot-repot mikirin? Paling ntar kalau orang tua gue udah pada ninggal, tinggal nongkrong di pinggir jalan sambil nadahin tangan. Beres kan?” (AHJM, 2013: 27)
“Lhooo piye tho koe, Nak, katanya sudah mulai membuka diri? Ya dimulai dari lingkungan sekitar tho?”sahut bapakku menimpali, dengan logat Jawa yang masih kental.” (AHJM, 2013: 30)

6.    Sudut Pandang
      Setiap pengarang memiliki pandangan hidup yang berbeda-beda. Untuk Menceritakan suatu hal dalam novel, pengarang menggunakan sudut pandang tertentu. Sudut pandang dalam novel Aku Harus Jadi Malaikat! Pengarang menggunakan sudut pandang orang pertama. Hal ini ditunjukkan oleh pengarang dengan selalu menyebutkan “Aku” untuk tokoh utama, seakan-akan pengarang adalah tokoh utama dalam novel tersebut.
“Ohhh… andaikan saja aku tak lagi mampu memuka mata, dan aku tetap dalam mimpi indah yang tanpa rasa duka aku tak lagi merasakan dinginnya udara pagi yang menusuk-nusuk dan membuat lara.” (AHJM, 2013: 11)
7.    Amanat
      Amanat merupakan pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang dalam sebuah cerita. Sebuah cerita mengandung penerapan pesan dari pengarang, mulai cerita, sikap, hingga tingkah laku tokoh. Diharapkan dapat menyajikan hikmah. Pembaca akan merasakan sentuhan rohani dengan pesan-pesan moral dan pengetahuan. Amanat yang disampaikan pengarang dalam novel Aku Harus Jadi Malaikat! sangat banyak sekali, tetapi amanat yang paling mendasar adalah, Jika kita mempunyai sebuah keterbatasan atau kekurangan, jangan jadikan itu sebagai penghalang kita untuk mencapai apa yang kita inginkan.











                                  SIMPULAN
Sebuah karya fiksi menawarkan berbagai permasalahan manusia dan kemanusiaan, hidup dan kehidupan.Pengarang menghayati berbagai permasalahan tersebut dengan penuh kesungguhan yang kemudian diungkapkannya kembali melalui sarana fiksi sesuai dengan pandangannya, yang sangat menarik untuk dianalisis, yaitu dengan analisis aspek intrinsik dan ekstrinsik.
Analisis aspek intrinsik karya sastra ialah analisis mengenai karya sastra itu sendiri tanpa melihat kaitannya dengan data di luar cipta sastra sastra tersebut, aspek ekstrinsik hanyalah dalam hubungan menetapkan nilai isinya (Sugiarti,2007:25).Analisis aspek unsur ekstrinsik ialah analisis karya sastra itu sendiri dari segi isinya, dan sepanjang mungkin melihat kaitannya dengan kenyataan-kenyataan di luar karya sastra itu sendiri (Sufiarti, 2007: 22).

1.    Keunggulan Novel
Dalam novel Aku Harus Jadi Malaikat! Menyuguhkan perjuangan hidup seorang yang memiliki sebuah keterbatasan dan tidak mudah dalam menjalaninya. Kisah-kisah didalam novel Aku Harus Jadi Malaikat! Memberikan contoh nyata bahwa POTENSI kita sebenarnya sangat luar biasa namun kita sendiri yang kadang membatasinya. Novel ini mengajak sang pembaca untuk “meloncat setinggi-tingginya.” Lepas dari belenggu yang membatasi diri dan mengubah kehidupan menjadi lebih bermakna, selain itu dipastikan novel ini akan membuat kita enggan membuka halaman berkutnya karena pesona didalamnya, sedangkan kita perlu membaca halaman selanjutnya untuk mencari sisi pesona yang lain, sebuah novel inspiring yang mempesona.

2.    Kekurangan Novel
Dari sekian banyak kelebihan yang terdapat novel Aku Harus Jadi Malaikat! Seakan-akan menunjukkan bahwa novel ini begitu sempurna, tetapi, kekurangan akan tampak ketika pembaca hanya melihat dari luarnya saja, akan tetapi kalau kita menghendaki untuk lebih memahami novel ini, kita dapat menemukan kelemahan-kelamahan yang terdapat dalam novel ini, salah satunya adalah dengan mengamati judul novel ini, jika pembaca tidak dapat memahami maksud dari penulis dalam judul novelnya  Aku Harus Jadi Malaikat! Bisa jadi sang pembaca menilai kurang rasional, karena, akan kah mungkin seorang menjadi malaikat? tidak kan? Tetapi seseorang hanya mampu memiliki sifat seperti malaikat. slain itu dalam novel ini juga banyak menggunakan bahasa yang sedikit agak rumit dan terkadang sukar untuk dipahami.




DAFTAR PUSTAKA

Atmazaki, 1990. Ilmu Sastra: Teori dan Sastra. Padang: Angkasa Raya
D. Aziz, Zakiyah. 2013. : Novel “Aku Harus Jadi Malaikat” (DIVA Press)


Tag : ,

- Copyright © Pembelajar - Date A Live - Powered by Blogger - Designed by Tubagus Bakhtiar -