Archive for 2017
Harlah pmii ke 57, PMII uninus ziarahi makam ketua pertama PMII.
By : UnknownBandung, 17 april 2017
dalam rangka memperingati hari lahir PMII ke 57, puluhan kader PMII uninus ziarahi makam ketua pertama PMII : almarhum H Mahbub djunaedi.
Ziarah kubur dilaksanakan pada malam hari selesai solat magrib.
Seperti biasanya, ziarah kubur dilaksanakan dengan khusyu dan khidmat. Tubagus bakhtiar menuturkan, selain agenda inti (tahlil dan yasin) juga berharap kader pmii uninus dapat meneladani kegigihan almarhum dalam memperjuangkan pmii. "Dalam momentum harlah ini, kita selaku kader pmii sudah sepatutnya dan selayaknya mengucap rasa syukur atas perjuangan para pendiri pmii yang mana sampai saat ini kita masih merasakan nikmatnya berproses di pmii" tuturnya dalam prolog sebelum tahlil.
Kita tentunya berharap anggota pmii dapat mengenal lebih dalam sosok mahbub dan mengenang jasa para pendiri pmii serta meneladani keberanian dan kegigihan nya dalam berjuang dan berorganisasi. Tuntasnya.
Ziarah kubur tersebut berlangsung dengan khidmat dan tertib sampai penghujung kegiatan.
Susunan Kepengurusan PK PMII UNINUS 2016-2017
By : Unknown
Bissmilahirohmanirohim
Berikut Susunan kepengurusan komisariat uninus priode 2016-2017
Ketua umum : Tubagus bakhtiar rifai
Sekretaris : nazarudin lathif
Bendahara : irma febri
Wk ketua I (internal)
Sekretaris
Wk ketua II (eksternal)
Sekretaris
Wk ketua III (keagamaan)
Sekretaris
Biro-biro
Biro kaderisasi & PAO
Biro komunikasi organ gerakan & lmbaga kampus
Biro dakwah & kajian islam
Kopri
Ketua : nur irma juliani
Sekum : rizky pratiwi
Lembaga-lembaga
Lembaga seni & olah raga
Lembaga sosial dan lingkungan
Lembaga kewirausahaan
Lembaga pers & jurnalistik
Berikut Susunan kepengurusan komisariat uninus priode 2016-2017
Ketua umum : Tubagus bakhtiar rifai
Sekretaris : nazarudin lathif
Bendahara : irma febri
Wk ketua I (internal)
- Harry suhandika p
Sekretaris
- Dede rahman
Wk ketua II (eksternal)
- Fahmi idris
Sekretaris
- M. Haikal
Wk ketua III (keagamaan)
- Irfan helmi
Sekretaris
- Abu rijal satria
Biro-biro
Biro kaderisasi & PAO
- Samsul anwar
- Selly rizka
- Endang siti zulaiha
Biro komunikasi organ gerakan & lmbaga kampus
- M. Sufati baluwu
- Taufiq budi prasetyo
- Caca caryamah
Biro dakwah & kajian islam
- Dhohir ananda 94
- Ismi istiqomah
- noor raga saputra
Kopri
Ketua : nur irma juliani
Sekum : rizky pratiwi
Lembaga-lembaga
Lembaga seni & olah raga
- Deden adiwijaya
- Rahmin a koko
Lembaga sosial dan lingkungan
- M. Fikri Abdul hakim
Lembaga kewirausahaan
- Agung prawoto
- Siti Rofi'ah
Lembaga pers & jurnalistik
- Nizar aditya h
- Tubagus Hadi
Pmii komisariat uninus adakan pelantikan di kampus
By : UnknownSenin, 20 febuari 2017, pengurus komisariat PMII UNINUS (universitas islam nusantara) cabang kota bandung menggelar pelantikan di gedung rektoriat lantai 3 uninus.
Agak tidak biasanya, dalam pelantikan komisariat kali ini panitia menghias kampus dengan deretan bendera di sepanjang jalan dalam kampus.
Samsul anwar sebagai ketua oc pelantikan menuturkan bahwa dirinya bersama pantia yang lain sengaja menyulap kampus uninus dengan deretan bendera PMII di sepanjang jalan. “hal ini dilakukan sengaja, selain menunjukan identitas kampus yang ber-PMII, juga agar pelaksanaan pelantikan ini berjalan meriah dan khidmat” Tutur nya.
Sementara itu, tubagus bakhtiar selaku ketua komisariat dalam sambutannya mengatakan bahwa dalam agenda yang khidmat ini semoga dapat menumbuhkan giroh perjuangan para pengurus komisariat dalam satu masa periode kepengurusan dan akan menambah Rayon baru di uninus. “semoga saja dalam satu periode ke depan, kita (pengurus) dapat memaksimalkan gerakan dan kinerjanya dalam menumbuhkembangkan kader PMII baik dalam segi pikiran, ucapan, dan bahkan tindakan. Saya upayakan kedepan kita akan buka rayon baru di uninus bahkan di seluruh fakultas’’ seruannya dalam sambutan.
Hadir pula ibnu mahbub sebagai ketua cabang dan sekaligus yang melantik pengurus komisariat unnus, selaras dengan niatan ketua komisariat bahwa uninus memang sudah sangat perlu menambah rayon baru untuk menambah warga baru dalam dunia gerakan mahasiswa di tingkah kampus.
Acara pelantikan ini juga dihadiri oleh perwakilan alumni PMII UNINUS yaitu kang heri kurnawan. Sebagai alumni, beliau menuturkan sudah menjadi kewajiban bagi dirinya memberikan suport dan dukungan baik dalam segi moril maupun materil.
Hadir pula utusan tamu undangan dari komisariat lain di kota bandung dan pengurus rayon di lingkungan uninus.
Setelah acara pelantikan, dilanjutkan dengan penampilan pentas seni yang digelar di tengah lapang segitiga uninus.
PMII RAYON EKONOMI UNINUS GELAR PELANTIKAN DAN BEDAH BUKU
By : Unknown
Pengurus Rayon Fakultas Ekonomi uninus resmi dilantik oleh
PMII cabang kota bandung pada hari kamis 09 febuari 2017. PMII Rayon Fakultas
Ekonomi merupakan rayon yang baru terbentuk di UNINUS dengan masa khidmat
2016-2017, dengan ketuanya Sahabat Sanny Indra Nugraha.
Dalam agenda pelantikan tersebut, diisi juga dengan kegiatan
bedah buku yang merupakan karya anggota rayon ekonomi. Ketua Rayon fakultas
ekonomi Sanny menuturkan, kegiatan bedah buku tersebut merupakan suatu
apresiasi atas hasil karya anggotanya. “buku yang dibedah ini merupakan buku
hasil karya anggota PMII Rayon ekonomi UNINUS, penulisnya adalah sahabat Supriyanto
mahasiswa semester 4, jurusan manajemen. Judul buku nya ialah Susuk Konde
terkutuk” Kata sanny dalam sambutannya.
Ketua komisariat UNINUS, Tubagus Bakhtiar menambahkan dalam
sambutannya bahwa pelantikan itu bukan sekadar mengucapkan ulang teks ikrar
semata, melainkan mampu menerjemahkan teks tersebut kedalam prilaku berpikir
dan bertindak. “Persoalan kaderisasi merupakan suatu proes yang harus dimulai
tanpa ada akhirnya. Kelahiran Rayon ekonomi adalah suatu anugrah yang diberikan
kepada PMII UNINUS karena kehadirannya diharapkan mampu menambah warna baru
dalam dunia gerakan mahasiswa khusus dalam kampus uninus.” Tuturnya dalam
selang acara.
Sementara yang membacakan teks pelantikan dari pengurus
cabang diwakili oleh Ahmad fahmi selaku sekretaris umum cabang pmii kota
bandung. Dalam sambutannya, fahmi menyerukan kepada seluruh pengurus rayon
ekonomi agar tetap menjaga kekompakannya hingga akhir periode kepengurusan.
Agenda pelantikan dan bedah buku ini juga dihadiri
oleh beberapa pengurus rayon yang ada di lingkungan uninus, Komisariat UPI,
Komisariat UIN, dan beberapa alumni. Sampai penghujung acara, seluruh kegiatan
berjalan dengan khidmat dan sesuai dengan rencanaTag :
PMII,
MAHASISWA DAN PERUBAHAN SOSIAL
By : Unknown
MAHASISWA DAN PERUBAHAN
SOSIAL
PMII
DEFINISI
MAHASISWA
Mahasiswa
adalah orang yang belajar di perguruan tinggi, baik di universitas, institut
atau akademi. Mereka yang terdaftar sebagai murid di perguruan tinggi dapat
disebut sebagai mahasiswa. Tetapi pada dasarnya makna mahasiswa tidak sesempit
itu. Terdaftar sebagai mahasiswa di sebuah Perguruan Tinggi hanyalah syarat
administratif menjadi mahasiswa, tetapi menjadi mahasiswa mengandung pengertian
yang lebih luas dari sekedar masalah administratif itu sendiri.
Menyandang
gelar mahasiswa merupakan suatu kebanggaan sekaligus tantangan. Betapa tidak,
ekspektasi dan tanggung jawab yang diemban oleh mahasiswa begitu besar.
Pengertian mahasiswa tidak bisa diartikan kata per kata, Mahasiswa adalah
Seorang agen pembawa perubahan. Menjadi seorang yang dapat memberikan solusi
bagi permasalahan yang dihadapi oleh suatu masyarakat bangsa di berbagai
belahan dunia.
PERAN DAN FUNGSI
MAHASISWA
Sebagai mahasiswa berbagai macam lebel pun disandang, ada
beberapa macam label yang melekat pada diri mahasiswa, misalnya:
1. Direct Of Change, mahasiswa
bisa melakukan perubahan langsung karena SDMnya yg banyak
2. Agent Of Change, mahasiswa
agent perbahan,maksudnya sdm2 untuk melakukan perubahan
3. Iron
Stock, sumber daya
manusia dari mahasiswa itu ga akan pernah habis.
4. Moral Force, mahasiswa
itu kumpulan orang yg memiliki moral yg baik.
5. Social Control, mahasiswa itu
pengontrol kehidupan sosial,cntoh mengontrol kehidupan sosial yg dilakukan
masyarakat.
Namun secara garis besar, setidaknya ada 3 peran dan
fungsi yang sangat penting bagi mahasiwa, yaitu :
Pertama, Peranan Moral, dunia kampus merupakan dunia di mana setiap mahasiswa
dengan bebas memilih kehidupan yang mereka mau. Disinilah dituntut suatu
tanggung jawab moral terhadap diri masing-masing sebagai indidu untuk dapat
menjalankan kehidupan yang bertanggung jawab dan sesuai dengan moral yang hidup
dalam masyarakat.
Kedua, Peranan Sosial. Selain tanggung jawab individu, mahasiswa juga memiliki
peranan sosial, yaitu bahwa keberadaan dan segala perbuatannya tidak hanya
bermanfaat untuk dirinya sendiri tetapi juga harus membawa manfaat bagi
lingkungan sekitarnya.
Ketiga, Peranan Intelektual. Mahasiswa sebagai orang yang disebut-sebut sebagai insan
intelek haruslah dapat mewujudkan status tersebut dalam ranah kehidupan nyata.
Dalam arti menyadari betul bahwa fungsi dasar mahasiswa adalah bergelut dengan
ilmu pengetahuan dan memberikan perubahan yang lebih baik dengan
intelektualitas yang ia miliki selama menjalani pendidikan.
MANIFESTO
CORDOBA (Manfesto Gerakan Mahasiswa Internasional)
Ditahun 1960-an, dunia menyaksikan sebuah gelombang besar kebangkitan
mahasiswa. Mahasiswa di berbagai belahan dunia mengambil alih aksi-aksi radikal
dan berperan penting dalam berbagai perubahan politik di negaranya masing-masing.
Pemaparan singkat dan selektif tentang pengalaman perjuangan mahasiswa di
seluruh dunia akan memberikan gambaran berbagai kemungkinan dan pelajaran yang
sistematis mengenai arah dan peranan gerakan.
Mahasiswa Amerika Latin adalah penyumbang pertama langkah awal yang besar dalam aksi mahasiswa. Manifesto Cordoba 1918 adalah deklarasi hak mahasiswa yang pertama di Dunia; dan sejak itu mahasiswa Amerika Latin memainkan peran yang konstan dan militan dalam kehidupan politik di Negaranya. Pengalaman mahasiswa Amaerika Latin ini mengajarkan bahwa tuntutan-tuntutan akademis dan aktivitas politik adalah dua hal yang saling melengkapi, bukannya malah bertentangan.
Baik dalam dunia akademik maupun politik, mahasiswa Amerika Latin memiliki tradisi yang panjang. Militansi ini sebagian disebabkan oleh sejarah gerakan reformasi pendidikan di universitas-universitas, sebagian lagi karena struktur sosial-politik negara-negara Amerika Latin sendiri. Gerakan reformasi pendidikan universitas di Amerika Latin lahir dari Manifesto Cordoba 1918, ketika mahasiswa Cordoba di Argentina mengeluarkan sebuah manifesto yang menuntut otonomi universitas dan keterlibatan mahasiswa dalam mengelola administrasi universitas-cogobierno. Manifesto itu mengkritik administrasi lama yang tidak pernah mengalami perubahan kurikulum dan aturan. Mahasiswa Cordoba dengan tegas menyatakan “Kami Ingin Menghapus Konsep Otoritas Yang Kuno Dan Barbar Dari Organisasi Universitas, Yang Menjadikan Universitas Sebagai Benteng Pertahanan Tirani Yang Absurd”. Manifesto juga mendeklarasikan kepercayaan penuh pada kemampuan mahasiswa untuk menjalankan urusan mereka sendiri dan merupakan musuh utama dari korupsi akademis.
Untuk melengkapi Manifesto Cordoba, pertemuan lanjutan dari serikat-serikat mahasiswa Argentina menambahkan tuntutan-tuntutan yang dianggap menjadi pokok-pokok gerakan reformasi:
Mahasiswa Amerika Latin adalah penyumbang pertama langkah awal yang besar dalam aksi mahasiswa. Manifesto Cordoba 1918 adalah deklarasi hak mahasiswa yang pertama di Dunia; dan sejak itu mahasiswa Amerika Latin memainkan peran yang konstan dan militan dalam kehidupan politik di Negaranya. Pengalaman mahasiswa Amaerika Latin ini mengajarkan bahwa tuntutan-tuntutan akademis dan aktivitas politik adalah dua hal yang saling melengkapi, bukannya malah bertentangan.
Baik dalam dunia akademik maupun politik, mahasiswa Amerika Latin memiliki tradisi yang panjang. Militansi ini sebagian disebabkan oleh sejarah gerakan reformasi pendidikan di universitas-universitas, sebagian lagi karena struktur sosial-politik negara-negara Amerika Latin sendiri. Gerakan reformasi pendidikan universitas di Amerika Latin lahir dari Manifesto Cordoba 1918, ketika mahasiswa Cordoba di Argentina mengeluarkan sebuah manifesto yang menuntut otonomi universitas dan keterlibatan mahasiswa dalam mengelola administrasi universitas-cogobierno. Manifesto itu mengkritik administrasi lama yang tidak pernah mengalami perubahan kurikulum dan aturan. Mahasiswa Cordoba dengan tegas menyatakan “Kami Ingin Menghapus Konsep Otoritas Yang Kuno Dan Barbar Dari Organisasi Universitas, Yang Menjadikan Universitas Sebagai Benteng Pertahanan Tirani Yang Absurd”. Manifesto juga mendeklarasikan kepercayaan penuh pada kemampuan mahasiswa untuk menjalankan urusan mereka sendiri dan merupakan musuh utama dari korupsi akademis.
Untuk melengkapi Manifesto Cordoba, pertemuan lanjutan dari serikat-serikat mahasiswa Argentina menambahkan tuntutan-tuntutan yang dianggap menjadi pokok-pokok gerakan reformasi:
§
Kehadiran
fakultatif (boleh memilih)
§
Penghapusan
pembatasan agama tentang apa yang boleh dipikirkan dan siapa yang ditetapkan
untuk bertugas di Universitas,
§
Bantuan keuangan
mahasiswa,
§
Orientasi sosial
universitas di tempat dia berdiri,
Dalam
tuntutan-tuntutan diatas jelas mahasiswa berusaha melakukan perlawanan terhadap
penindasan yang terjadi di dalam kampus terutama terhadap kepentingan mereka
yaitu mendapatkan pendidikan yang murah, berkualitas, demokratis, mendukung
kedewasaan serta memiliki kepedulian terhadap masyarakat.
Program
perubahan total ini mendobrak pandangan konservatif yang melihat bahwa pihak
universitas (struktur birokrasi, dosen dan karyawan ) memiliki otonomi penuh,
termasuk atas mahasiswa-mahasiswanya. Sehingga gerakan perubahan “otonomi” yang
dimaksud bukan hanya independensi otoritas universitas dari kontrol pemerintah
tetapi juga kesempatan bagi mahasiswa untuk berbagi kekuasaan dengan otoritas
kampus dalam seluruh kegiatan akademis. Dalam tempo 20 tahun, tuntutan
mahasiswa Argentina ini menyebar ke seluruh Amerika Latin.
Kondisi
kampus-kampus di Argentina pada masa awal 60-an mengalami masa-masa bebas dari
polisi dan tentara, dan mahasiswa mempraktekkan congobierno dalam menominasikan
dosen-dosen mereka. Universitas secara fisik immune dan sistem kekuasaan
tripartite antara mahasiswa, alumni dan dosen mempunyai suara yang sama dalam
pengambilan keputusan. Situasi ini bertahan sampai di Argentina terjadi kup
Ongania 28 Juni 1966. Representasi murni adalah bentuk ideal dari cita-cita
Manifesto Cordoba dan menyebar ke sembilan universitas nasional di Argentina,
termasuk universitas terbesar Buenas Aires yang mempunyai 81.000
mahasiswa.
29 Juli 1966
rezim Ongania mendeklarasikan penghapusan otonomi universitas dan memberikan
pada Menteri Pendidikan seluruh kekuasaan administrasi universitas. Merespon
deklarasi ini malam harinya mahasiswa, dosen dan profesor bertemu di
universitas untuk memprotes represi ini. Pertemuan mereka ini dibubarkan oleh
polisi bersenjata, dengan perintah penjahat fasis Tacuara, yang menginvasi
kampus. Akibat penyerbuan ini rektor Hilario Fernández Long mundur bersama 10
dekan di Universitas Buenas Aires. Banyak terjadi penangkapan, dua hari
kemudian kesembilan universitas nasional di Argentina ditutup sampai
Universitas Buenas Aires dibuka kembali pada bulan agustus dan serikat-serikat
mahasiswa dibubarkan. Ongania mengangkat rektor-rektor pilihannya, dan
kerusuhan pecah ketika universitas dibuka lagi. 7.500 mahasiswa bentrok dengan
polisi di Cordoba dan tiga minggu kemudian 100.000 mahasiswa Argentina ambil
bagian dalam “Hari Perlawanan dan Perjuangan” menentang kediktatopran
Ongania.
Perlu di
perhatikan pula bahwa peran politis yang selalu di perankan oleh mahasiswa,
membuat mereka sering kali dijadikan target serangan kaum konservatif, bahkan
diduga keras kontrol terhadap gerakan mahasiswa ini juga mengunakan standar
akademis. Lewat para intelektualnya menyusun kurikulkum sedemikian rupa
sehingga mahasiswa terjebak dalam studi yang begitu berat dan tidak
proporsional sehingga mahasiswa terasing dari lingkungan sosialnya. Manifesto
Cordoba sebagai sebuah gerakan awal mahasiswa dalam menuntut demokratisasi
kampus memberikan pelajaran berharga bagi seluruh mahasiswa di Dunia. Dan
tentunya penglaman mahasiswa Argentina 90 tahun lalu itu juga mampu memberikan semangat
kepada kita untuk memperoleh hak-hak kita terhadap pendidikan yang murah,
berkualitas, demokratis, mendukung kedewasaan serta memiliki kepedulian
terhadap masyarakat. Karena mahasiswa tidaklah hanya bertugas untuk belajar
tetapi juga ikut mangatur apa yang harus di pelajari, bagaimana metode
belajarnya, siapa yang harus mengajarnya, bersama dosen dan aparatus
universitas tentunya. Dalam bahasa yang sederhana, mahasiswa bukan hanya
pelaksana kebijakan tetapi harus terlibat dalam pengambilan kebijakan
universitas.
Boedi Oetomo,
merupakan wadah perjuangan yang pertama kali memiliki struktur pengorganisasian
modern. Didirikan di Jakarta, 20 Mei 1908 oleh pemuda-pelajar dan mahasiswa dari
lembaga pendidikan STOVIA, wadah ini merupakan
refleksi sikap kritis dan keresahan intelektual terlepas dari primordialisme
Jawa yang ditampilkannya. Pada konggres yang pertama di Yogyakarta, tanggal 5
Oktober 1908 menetapkan tujuan perkumpulan : Kemajuan yang selaras buat negeri dan bangsa, terutama dengan
memajukan pengajaran, pertanian, peternakan dan dagang, teknikdan industri, serta kebudayaan. Disamping itu, para mahasiswa Indonesia yang sedang belajar di Belanda,
salah satunya Mohammad Hatta yang saat itu sedang belajar
di Nederland Handelshogeschool di Rotterdam mendirikan Indische Vereeninging yang kemudian berubah nama
menjadi Indonesische Vereeninging Tahun 1922, disesuaikan dengan perkembangan dari pusat kegiatan diskusi menjadi wadah yang berorientasi politik dengan jelas. Dan
terakhir untuk lebih mempertegas identitas nasionalisme yang diperjuangkan,
organisasi ini kembali berganti nama baru menjadi Perhimpunan Indonesia Tahun1925. Kehadiran Boedi Oetomo, Indische Vereeninging, dll pada masa itu
merupakan suatu episode sejarah yang menandai munculnya sebuah angkatan pembaharu dengan kaum terpelajar dan mahasiswa
sebagai aktor terdepannya, yang pertama dalam sejarah Indonesia
: Generasi 1908, dengan misi utamanya menumbuhkan kesadaran kebangsaan dan hak-hak
kemanusiaan dikalangan rakyat Indonesia untuk memperoleh kemerdekaan, dan
mendorong semangat rakyatmelalui penerangan-penerangan pendidikan yang mereka
berikan, untuk berjuang membebaskan diri dari penindasan kolonialisme.
Periode Tahun 1928
Pada pertengahan
1923, serombongan mahasiswa yang bergabung dalam Indonesische Vereeninging
(nantinya berubah menjadi Perhimpunan Indonesia) kembali ke tanah air. Kecewa
dengan perkembangan kekuatan-kekuatan perjuangan di Indonesia, dan melihat situasi politik yang di hadapi, mereka
membentuk kelompok studi yang dikenal amatberpengaruh, karena keaktifannya
dalam diskursus kebangsaan saat itu. Pertama, adalah Kelompok Studi Indonesia(Indonesische Studie-Club) yang dibentuk di Surabaya
pada tanggal 1929 Oktober 1924 oleh Soetomo. Kedua, KelompokStudi Umum (Algemeene
Studie-Club) direalisasikan oleh para nasionalis dan mahasiswa Sekolah
Tinggi Teknik di Bandung yang dimotori oleh Soekarno pada tanggal 11 Juli
1925.
Periode Tahun 1945
Dalam
perkembangan berikutnya, dari dinamika pergerakan nasional yang ditandai dengan
kehadiran kelompok-kelompok studi, dan akibat pengaruh sikap penguasa Belanda
yang menjadi Liberal, muncul kebutuhan baru untuk menjadi partai politik,
terutama dengan tujuan memperoleh basis massa yang luas. Kelompok Studi
Indonesia berubah menjadi Partai Bangsa Indonesia (PBI), sedangkan Kelompok
Studi Umum menjadi Perserikatan Nasional Indonesia (PNI). Salah satu peran angkatan muda 1945 yang bersejarah,
dalam kasus gerakan kelompok bawah tanah yang antara lain dipimpin oleh Chairul Saleh dan Soekarni saat itu, yang terpaksa menculik
dan mendesak Soekarno dan Hatta agarsecepatnya memproklamirkan kemerdekaan,
peristiwa ini dikenal kemudian dengan peristiwa Rengasdengklok.
Periode Tahun
1966
Sejak
kemerdekaan, muncul kebutuhan akan aliansi antara kelompok-kelompok mahasiswa,
diantaranya PerserikatanPerhimpunan Mahasiswa Indonesia (PPMI), yang dibentuk
melalui Kongres Mahasiswa yang pertama di Malang tahun1947. Selanjutnya, dalam
masa Demokrasi Liberal (1950-1959), seiring dengan penerapan sistem kepartaian
yang majemuk saat itu, organisasi mahasiswa ekstra kampus kebanyakan merupakan
organisasi dibawah partai-partai politik.Mahasiswa membentuk Kesatuan Aksi
Mahasiswa Indonesia (KAMI) tanggal 25 Oktober 1966 yang merupakan hasil kesepakatan
sejumlah organisasi yang berhasil dipertemukan oleh Menteri Perguruan Tinggi
dan Ilmu Pendidikan (PTIP) Mayjen dr. Syarief
Thayeb. Tujuan pendiriannya, terutama agar para aktivis mahasiswa dalam
melancarkan perlawananterhadap PKI menjadi lebih
terkoordinasi dan memiliki kepemimpinan. Munculnya KAMI diikuti berbagai aksi lainnya, seperti Kesatuan Aksi
Pelajar Indonesia (KAPI), Kesatuan Aksi PemudaPelajar
Indonesia (KAPPI), Kesatuan Aksi Sarjana Indonesia (KASI), dan lain-lain.Pada
tahun 1965 dan 1966, pemuda dan mahasiswa Indonesia banyak terlibat dalam
perjuangan yang ikut mendirikan Orde Baru.
Gerakan ini dikenal dengan istilah Angkatan 66, yang menjadi awal kebangkitan
gerakan mahasiswa secaranasional,, sementara sebelumnya
gerakan-gerakan mahasiswa masih bersifat kedaerahan. Gerakan ini berhasil membangun
kepercayaan masyarakat untuk mendukung mahasiswa menentang Komunis yang
ditukangi oleh PKI.
Realitas berbeda
yang dihadapi antara gerakan mahasiswa 1966 dan 1974, adalah bahwa jika
generasi 1966 memiliki hubungan yang erat dengan kekuatan militer, untuk
generasi 1974 yang dialami adalah konfrontasi dengan militer. Sebelum gerakan mahasiswa 1974
meledak, bahkan sebelum menginjak awal 1970-an, sebenarnya para mahasiswa telah
melancarkan berbagai kritik dan koreksi terhadap praktek kekuasaan rezim Orde
Baru, Muncul berbagai pernyataan sikap
ketidakpercayaan dari kalangan masyarakat maupun mahasiswa terhadap sembilan partai politik dan Golongan Karya sebagai pembawa aspirasi rakyat.
Sebagai bentuk protes akibat kekecewaan, merekamendorang munculnya Deklarasi
Golongan Putih (Golput) pada tanggal 28 Mei 1971 yang dimotori oleh Arif
Budiman, Adnan Buyung Nasution, Asmara
Nababan. Dalam tahun 1972, mahasiswa juga telah melancarkan
berbagai protes terhadap pemborosan anggaran negara yang digunakan untuk
proyek-proyek eksklusif yang dinilai tidak mendesak dalam pembangunan, misalnya
terhadap proyek pembangunan Taman Mini Indonesia Indah (TMII) di saat Indonesia
haus akan bantuan luar negeri.Protes terus berlanjut. Tahun 1972, dengan isu
harga beras naik, berikutnya tahun 1973 selalu diwarnai dengan isukorupsi
sampai dengan meletusnya demonstrasi memprotes PM Jepang Kakuei Tanaka yang
datang ke Indonesia danperistiwa Malari (Malaptaka 15 Januari) pada 15 Januari
1974. Gerakan mahasiswa di Jakarta meneriakan isu ganyang korupsi sebagai salah
satu tuntutan Tritura Baru, disamping
dua tuntutan lainnya Bubarkan Asisten Pribadi dan Turunkan Harga; sebuah versiterakhir Tritura yang muncul setelah versi koran Mahasiswa Indonesia di
Bandung sebelumnya. Gerakan ini berbuntut dihapuskannya jabatan Asisten Pribadi
Presiden.
Setelah
peristiwa Malari, hingga tahun 1975 dan 1976, berita tentang aksi protes
mahasiswa nyaris sepi. Mahasiswa disibukkan dengan berbagai kegiatan kampus
disamping kuliah sebagain kegiatan rutin, dihiasi dengan aktivitas kerja sosial,
Kuliah Kerja Nyata (KKN), Dies Natalis, acara penerimaan mahasiswa baru, dan
wisuda sarjana. Meskipun disana-sini aksi protes kecil tetap ada. menjelang dan
terutama saat-saat antara sebelum dan setelah Pemilu 1977, barulah muncul kembali pergolakan mahasiswa yang berskala masif. Berbagai masalah penyimpangan politik diangkat
sebagai isu, misalnya soal pemilu mulai dari pelaksanaan kampanye, sampai
penusukan tanda gambar, pola rekruitmen anggota legislatif,
pemilihan gubernur dan bupati di daerah-daerah, strategi dan hakekat
pembangunan, sampai dengan tema-tema kecil lainnya yang bersifat lokal. Gerakan
ini juga mengkritik strategi pembangunan dan kepemimpinan nasional.
Setelah gerakan
mahasiswa 1978, praktis tidak ada gerakan besar yang dilakukan mahasiswa selama
beberapa tahun akibat diberlakukannya konsep
Normalisasi Kehidupan Kampus/Badan Koordinasi Kemahasiswaan (NKK/BKK) oleh pemerintah
secara paksa. Kebijakan NKK dilaksanakan berdasarkan SK No.0156/U/1978 sesaat setelah Dooed Yusuf dilantik tahun 1979. Konsep ini mencoba
mengarahkan mahasiswa hanya menuju pada jalur kegiatan akademik, dan menjauhkan
dari aktivitaspolitik karena dinilai secara nyata dapat membahayakan posisi
rezim. Menyusul pemberlakuan konsep NKK, pemerintahdalam hal ini Pangkopkamtib Soedomo melakukan pembekuan atas lembaga
Dewan Mahasiswa, sebagai gantinya pemerintah membentuk struktur keorganisasian
baru yang disebut BKK. Berdasarkan SK menteri P&KNo.037/U/1979 kebijakan ini membahas tentang Bentuk Susunan Lembaga
Organisasi Kemahasiswaan di Lingkungan Perguruan Tinggi,dan dimantapkan dengan penjelasan teknis melalui Instruksi Dirjen
Pendidikan Tinggi tahun 1978 tentang pokok-pokokpelaksanaan penataan kembali
lembaga kemahasiswaan di Perguruan Tinggi.Beberapa kasus lokal yang disuarakan LSM dan komite aksi mahasiswa antara
lain: kasus tanah waduk Kedung Ombo,Kacapiring, korupsi di Bapindo,
penghapusan perjudian melalui Porkas/TSSB/SDSB.
Memasuki awal tahun 1990-an, di bawah Mendikbud Fuad Hasan kebijakan
NKK/BKK dicabut dan sebagai gantinyakeluar
Pedoman Umum Organisasi Kemahasiswaan (PUOK). Melalui PUOK ini ditetapkan bahwa
organisasikemahasiswaan intra kampus yang diakui adalah Senat Mahasiswa
Perguruan Tinggi (SMPT), yang didalamnya terdiridari Senat Mahasiswa Fakultas
(SMF) dan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM).Dikalangan mahasiswa secara kelembagaan
dan personal terjadi pro kontra, menamggapi SK tersebut. Oleh merekayang
menerima, diakui konsep ini memiliki sejumlah kelemahan namun dipercaya dapat
menjadi basis konsolidasikekuatan gerakan mahasiswa. Argumen mahasiswa yang
menolak mengatakan, bahwa konsep SMPT tidak lain hanyasemacam hiden agenda
untuk menarik mahasiswa ke kampus dan memotong kemungkinan aliansi mahasiswa
dengankekuatan di luar kampus.Gerakan
yang menuntut kebebasan berpendapat dalam bentuk kebebasan akademik dan
kebebasan mimbar akademikdi dalam kampus pada 1987 1990 sehingga akhirnya demonstrasi bisa dilakukan
mahasiswa di dalam kampusperguruan tinggi. Saat itu
demonstrasi di luar kampus termasuk menyampaikan aspirasi dengan longmarch keDPR/DPRD tetap terlarang.
Periode Tahun
1998
Gerakan 1998
menuntut reformasi dan dihapuskannya KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme) pada
1997-1998, lewat pendudukan gedung
DPR/MPR oleh ribuan mahasiswa, akhirnya memaksa Presiden Soeharto melepaskan
jabatannya. Berbagai tindakan represif yang menewaskan aktivis mahasiswa
dilakukan pemerintah untuk meredam gerakan ini diantaranya: Peristiwa
Cimanggis, Peristiwa Gejayan, Tragedi Trisakti, Tragedi Semanggi I dan II ,
Tragedi Lampung. Gerakan ini terus berlanjut hingga pemilu 1999.
Era
Reformasi-sekarang
PENGERTIAN PERUBAHAN SOSIAL
Perubahan-perubahan
yang terjadi di dalam masyarakat pada umumnya menyangkut hal yang kompleks.
Oleh karena itu Alvin L. Bertrand menyatakan bahwa Perubahan
Sosial pada dasarnya tidak dapat diterangkan oleh dan
berpegang teguh pada faktor yang tunggal. Menurut Robin Williams, bahwa
pendapat dari faham diterminisme monofaktor kini sudah ketinggalan zaman, dan
ilmu sosiologi modern tidak akan menggunakai interpretasi-interpretasi sepihak
yang mengatakan bahwa perubahan itu hanya disebabkap oleh satu faktor saja.
Jadi jelaslah,
bahwa perubahan yang terjadi pada masyarakat tersebut disebabkah oleh banyaknya
faktor-faktor yang mempengaruhi. Karenanya perubahan yang terjadi di dalam
masyarakat itu dikatakan berkaitan dengan hal yang kompleks. Tentang Perubahan
Sosial ini, beberapa sosiolog memberikan beberapa definisi perubahan sosial yang dapat membantu kita untuk lebih mudah memahami apa sebenarnya Perubahan
Sosial tersebut, adalah sebagai berikut :
Pengertian Perubahan Sosial Menurut Ahli
1.
William F.Ogburn
mengemukakan bahwa “ruang lingkup perubahan-perubahan sosial
meliputi unsur-unsur kebudayaan baik yang material maupun yang immaterial, yang
ditekankan adalah pengaruh besar unsur-unsur kebudayaan material terhadap
unsur-unsur immaterial”.
2.
Kingsley Davis
mengartikan “perubahan
sosial sebagai perubahan-perubahan yang terjadi dalam
struktur dan fungsi masyarakat”.
3.
MacIver
mengatakan “perubahan-perubahan
sosial merupakan sebagai perubahanperubahan dalam hubungan
sosial (social relationships) atau sebagai perubahan terhadap keseimbangan
(equilibrium) hubungan sosial”.
4.
JL.Gillin dan
JP.Gillin mengatakan “perubahan-perubahan sosial sebagai
suatu variasi dari cara-cara hidup yang telah diterima, baik karena
perubahan-perubahan kondisi geografis, kebudayaan material, komposisi
penduduk, idiologi maupun karena adanya difusi ataupun penemuan-penemuan
baru dalam masyarakat”.
5.
Samuel Koenig
mengatakan bahwa “perubahan
sosial menunjukkan pada modifikasimodifikasi yang terjadi
dalam pola-pola kehidupan manusia”.f. Definisi lain adalah dari Selo
Soemardjan. Rumusannya adalah “segala perubahanperubahan pada lembaga-lembaga
kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat, yang mempengaruhi sistem
sosialnya, termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap dan pola perilaku di
antara kelompok-kelompok dalam masyarakat”.
Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa pengertian
perubahan sosial adalah perubahan perubahan yang terjadi
pada masyarakat yang mencakup perubahan dalam aspek-aspek struktur dari suatu
masyarakat, ataupun karena terjadinya perubahan dari faktor lingkung an, karena
berubahnya komposisi penduduk, keadaan geografis, serta berubahnya sistem
hubungan sosial, maupun perubahan pada lembaga kemasyarakatannya.