- Back to Home »
- Opini »
- Pendidikan Karakter dan Persoalan Bangsa
Posted by : Unknown
Jan 2, 2017
sebuah opini
Di
tengah-tengah carut marut persoalan bangsa, seperti korupsi, narkoba,
kecurangan, dan ketidak adilan, kembali dipertanyakan peranan pendidikan dalam
menjawab persoalan bangsa seperti apa ?
Sebagian
sekolah mulai berusaha untuk menjawabnya dengan mengubah pembelajarannya dengan
tambahan waktu pelajaran yang dikhususkan untuk mendalami nilai-nilai tertentu.
Seperti melakukan pendekatan agama, pendekatan emosional dan lain sebagainya
saat menjelang pembelajaran dimulai. Tak luput juga peran pemerintah yang mulai
berikhtiar dalam menjawab persoalan bangsa dengan cara mencantumkan nilai-nilai
pendidikan karakter dalam kurikulum 2013
Kegelisahan
dalam usaha membangun bangsa, tak lain dan tak bukan karena pendidikan
mempunyai tanggung jawab dalam menciptakan peserta didik yang mempunyai watak
dan karakter sesuai dengan yang dbutuhkan oleh masa depannya. Termasuk
persoalan bangsa dan negara.
Sebenarnya
keinginan untuk merubah bangsa menjadi lebih baik bukan hanya diwacanakan
sekarang saja. Jauh-jauh hari bapak pendidikan indonesia, Ki Hajar Dewantara
telah melahirkan keinginan dan kesadarannya akan perubahan. Tentunya perjuangan
Ki Hajar mendapatkan reaksi yang keras dari belanda yang mengakibatkannya
diasingkan ke belanda. Sepulang dari pengasingan, Ki Hajar mulai mendirikan
gerakan pendidikan melalui perguruan taman siswa.
Usaha
yang telah dilakukan Ki Hajar bukan hanya untuk dinikmati dalam sejarah saja,
melainkan pula harus diteruskan oleh generasi berikutnya agar tujuan dari
pendidikan bisa tercapai. Pada era itu, pendidikan karakter sudah menjadi
bagian yang sangat penting dalam dunia pendidikan. Mengingat pada jaman
penjajahan, peran pendidikanlah yang mampu menjawab kebodohan sehingga mampu
mencapai kemerdekaan sebagai pintu gerbang menuju masyarakat yang adil dan
sejahtera. Nilai-nilai yang ditanamkan pada waktu itu antara lain adalah
kepercayaan kepada kekuatan sendiri, cinta kebenaran dan kemerdekaan,
solidaritas, kesadaran akan kesamaan derajat, serta pengaruh dari pimpinan yang
sanggup berkarya dan memberi contoh.
Hari ini, pendidikan kembali dipertanyakan peranannya.
Karena dalam kurun waktu yang sangat panjang, persoalan bangsa kita semakin
bertambah. Kehebatan para pemimpin adalah wujud nyata sebagai orang terdidik.
Kelicikan yang dilakukan para pemimpin pun merupakan wujud nyata tidak
berkarakter.
Tantangan jaman tentu akan berbeda. Penanaman karakter
jangan sampai terjebak pada ranah formal, sehingga guru melaksanakannya hanya
karena untuk memenuh formalitas saja. Indikasinya, tidak sedikit guru yang
mengeluh karena merasa kesulitan dalam hal penilaian karakter anak.
Dikarenakan, peserta didik semakin kompleks dalam bergaul, masalah lingkungan
yang mulai mengalami transisi modernitas, dan latar belakang keluarga yang
tentunya memiliki metode tersendiri dalam mendidik karakter anak.
Selain itu, peserta didik mulai memasuki lingkungan remaja
labil, serta didorong dengan perlengkapan teknologi canggih, menambah keluhan
akan keberhasilannya proses pendidikan karakter. Bahkan tidak sedikit guru juga
turut mengeluhkan hal itu. Terlihat dengan masih adanya sekolah-sekolah yang
tidak mengantisipasi siwanya terkait maraknya kenakalan remaja. Seperti
terjerumus narkoba, tawuran, pergaulan bebas, dan lain sebagainya.
Masalah pendidikan harus dijawab secara bersama dan
merupakan tanggung jawab bersama juga yang harus diterapkan dengan dasar
keinginan dan kesadaran. Persoalan bangsa akan terjawab dengan sendirinya,
apabila pendidikan sudah mulai tertata rapi dan mampu melahirkan siswa yang
berkarakter serta mampu menghadapi tantangan di jamannya kelak. Mengutip buku
karya Abdurrachman, pendidikan watak menjadi salah satu sendi yang
unsur-unsurnya terdiri atas kecakapan, tahu harga diri dan kewajiban, kekuatan
sendiri, dan kekuatan rohani yang dikembangkan untuk berfaedah bagi masyarakat
Indonesia.
Di tengah segala perubahan itu, seperti yang diungkapkan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan dalam pidato saat upacara Hari
Pendidikan Nasional, secara institusional pemerintah memfasilitasi, tetapi
secara moral tugas mendidik merupakan ikhtiar kolektif. Sebagai contoh, Pak
Anies mengajak masyarakat beramai-ramai memerangi kecurangan dalam ujian nasional
yang saat itu akan dijalankan para murid SMP.
Bandung 2015
.