- Back to Home »
- filsafat , Kajian »
- SEJARAH FILSAFAT KUNO
Posted by : Unknown
Jan 3, 2017
SEJARAH FILSAFAT KUNO
1. Filsafat Yunani
Para sarjana filsafat mengatakan bahwa
mempelajari filsafat Yunani
berarti menyaksikan kelahiran
filsafat. Karena itu tidak ada pengantar
filsafat yang lebih ideal dari pada study
perkembangan pemikiran filsafat
di negeri Yunani. Alfred Whitehead mengatakan tentang Plato:
"All Western phylosophy is but a
series of footnotes to Plato". Pada
Plato dan filsafat Yunani umumnya dijumpai
problem filsafat yang masih
dipersoalkan sampai hari ini. Tema-tema filsafat Yunani seperti ada,
menjadi, substansi, ruang, waktu,
kebenaran, jiwa, pengenalan, Allah dan
dunia merupakan tema-tema bagi filsafat
seluruhnya.
Filsuf- Filsuf Pertama
Ada tiga filsuf dari kota Miletos yaitu
Thales, Anaximandros dan
Anaximenes.
Ketiganya secara khusus menaruh perhatian pada alam dan
kejadian-kejadian alamiah, terutama
tertarik pada adanya perubahan yang
terus menerus di alam. Mereka mencari suatu asas atau prinsip yang
tetap
tinggal sama di belakang
perubahan-perubahan yang tak henti-hentinya
itu.
Thales mengatakan bahwa prinsip itu adalah air, Anaximandros
berpendapat to apeiron atau yang tak
terbatas sedangkan Anaximenes
menunjuk udara.
Thales juga berpendapat bahwa bumi terletak
di atas air. Tentang
bumi, Anaximandros mengatakan bahwa bumi
persis berada di pusat jagat raya
dengan jarak yang sama terhadap semua badan
yang lain. Sedangkan mengenai
kehidupan bahwa semua makhluk hidup berasal
dari air dan bentuk hidup yang
pertama adalah ikan. dan manusia pertama
tumbuh dalam perut
ikan. Sementara Anaximenes dapat dikatakan
sebagai pemikir pertama yang
mengemukakan persamaan antara tubuh manusia
dan jagat raya. Udara di alam
semesta ibarat jiwa yang dipupuk dengan
pernapasan di dalam tubuh manusia.
Filosof berikutnya yang perlu diperkenalkan
adalah
Pythagoras. Ajaran-ajarannya yang pokok
adalah pertama dikatakan bahwa
jiwa tidak dapat mati. Sesudah kematian
manusia, jiwa pindah ke dalam
hewan, dan setelah hewan itu mati jiwa itu
pindah lagi dan
seterusnya. Tetapi dengan mensucikan
dirinya, jiwa dapat selamat dari
reinkarnasi itu. Kedua dari penemuannya terhadap interval-interval
utama
dari tangga nada yang diekspresikan dengan
perbandingan dengan
bilangan-bilangan, Pythagoras menyatakan
bahwa suatu gejala fisis dikusai
oleh hukum matematis. Bahkan katanya
segala-galanya adalah
bilangan. Ketiga mengenai kosmos, Pythagoras
menyatakan untuk pertama
kalinya, bahwa jagat raya bukanlah bumi
melainkan Hestia (Api),
sebagaimana perapian merupakan pusat dari
sebuah rumah.
Pada jaman Pythagoras ada Herakleitos Di
kota Ephesos dan menyatakan
bahwa api sebagai dasar segala sesuatu. Api
adalah lambang perubahan,
karena api menyebabkan kayu atau bahan apa
saja berubah menjadi abu
sementara apinya sendiri tetap menjadi api.
Herakleitos juga berpandangan
bahwa di dalam dunia alamiah tidak
sesuatupun yang tetap. Segala sesuatu
yang ada sedang menjadi. Pernyataannya yang
masyhur "Pantarhei kai uden
menei" yang artinya semuanya mengalir
dan tidak ada sesuatupun yang
tinggal tetap.
Filosof pertama yang disebut sebagai
peletak dasar metafisika adalah
Parmenides.
Parmenides berpendapat bahwa yang ada ada, yang tidak ada
tidak ada. Konsekuensi dari pernyataan ini
adalah yang ada 1) satu dan
tidak terbagi, 2) kekal, tidak mungkin ada
perubahan, 3) sempurna, tidak
bisa ditambah atau diambil darinya, 4)
mengisi segala tempat, akibatnya
tidak mungkin ada gerak sebagaimana klaim
Herakleitos. Para filsuf
tersebut dikenal sebagai filsuf monisme
yaitu pendirian bahwa realitas
seluruhnya bersifat satu karena terdiri
dari satu unsur saja.
Para Filsuf berikut ini dikenal sebagai
filsuf pluralis, karena
pandangannya yang menyatakan bahwa realitas
terdiri dari banyak
unsur.
Empedokles menyatakan bahwa realitas terdiri dari empat rizomata
(akar) yaitu api, udara, tanah dan air.
Perubahan-perubahan yang terjadi
di alam dikendalikan oleh dua prinsip yaitu
cinta (Philotes) dan benci
(Neikos). Empedokles juga menerangkan bahwa
pengenalan
(manusia) berdasarkan prinsip yang sama
mengenal yang sama. Pruralis yang
berikutnya adalah Anaxagoras, yang
mengatakan bahwa realitas adalah
terdiri dari sejumlah tak terhingga
spermata (benih). Berbeda dari
Empedokles yang mengatakan bahwa setiap
unsur hanya memiliki kualitasnya
sendiri seperti api adalah panas dan air
adalah basah, Anaxagoras
mengatakan bahwa segalanya terdapat dalam
segalanya. Karena itu rambut
dan kuku bisa tumbuh dari daging. Perubahan yang membuat benih-benih
menjadi kosmos hanya berupa satu prinsip
yaitu Nus yang berarti roh atau
rasio.
Nus tidak tercampur dalam
benih-benih dan Nus mengenal serta
mengusai segala sesuatu. Karena itu, Anaxagoras dikatakan sebagai
filsuf
pertama yang membedakan antara "yang
ruhani" dan "yang jasmani".
Pluralis Leukippos dan Demokritos juga
disebut sebagai filsuf
atomis.
Atomisme mengatakan bahwa realitas terdiri dari banyak unsur yang
tak dapat dibagi-bagi lagi, karenanya
unsur-unsur terakhir ini disebut
atomos. Lebih lanjut dikatakan bahwa
atom-atom dibedakan melalui tiga
cara: (seperti A dan N), urutannya (seperti
AN dan NA) dan posisinya
(seperti N dan Z). Jumlah atom tidak
berhingga dan tidak mempunyai
kualitas, sebagaimana pandangan Parmenides
atom-atom tidak dijadikan dan
kekal. Tetapi Leukippos dan Demokritos
menerima ruang kosong sehingga
memungkinkan adanya gerak. Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa realitas
seluruhnya terdiri dari dua hal: yang penuh
yaitu atom-atom dan yang
kosong.
Menurut Demokritos jiwa juga terdiri dari
atom-atom. Menurutnya
proses pengenalan manusia tidak lain
sebagai interaksi antar atom. Setiap
benda mengeluarkan eidola
(gambaran-gambaran kecil yang terdiri dari
atom-atom dan berbentuk sama seperti benda
itu). Eidola ini masuk ke
dalam panca indra dan disalurkan kedalam
jiwa yang juga terdiri dari
atom-atom eidola. Kualitas-kualitas yang
manis, panas, dingin dan
sebagainya, semua hanya berkuantitatif
belaka. Atom jiwa bersentuhan
dengan atom licin menyebabkan rasa manis,
persentuhan dengan atom kesat
menimbulkan rasa pahit sedangkan sentuhan
dengan atom berkecepatan tinggi
menyebabkan rasa panas, dan seterusnya.
Kaum Sofis dan Socrates
Filsafat dalam periode ini ditandai oleh
ajarannya yang
"membumi" dibandingkan
ajaran-ajaran filsuf sebelumnya. Seperti dikatakan
Cicero --sastrawan Roma-- bahwa Socrates telah memindahkan
filsafat dari langit ke atas bumi. Maksudnya, filsuf pra-Socrates
mengkonsentrasikan diri pada persoalan alam
semesta sedangkan Socrates
mengarahkan obyek penelitiannya pada
manusia di atas bumi. Hal ini juga
diikuti oleh para sofis. Seperti telah
disebutkan di depan, sofis
(sophistes) mengalami kemerosotan makna.
Sophistes digunakan untuk
menyebut guru-guru yang berkeliling dari
kota ke kota dan memainkan peran
penting dalam masyarakat. Dalam dialog Protagoras, Plato mengatakan
bahwa
para sofis merupakan pemilik warung yang
menjual barang ruhani.
Sofis pertama adalah Protagoras, menurutnya
manusia ialah ukuran
segala-galanya. Pandangan ini bisa disebut
"relativisme" artinya
kebenaran tergantung pada manusia. Berkaitan dengan relativisme ini maka
diperlukan seni berdebat yang memungkinkan
orang membuat argumen yang
paling lemah menjadi paling kuat. Ajarannya
tentang negara mengatakan
bahwa setiap negara mempunyai adat
kebiasaan sendiri; seorang dewa
berkunjung kepada manusia dan memberi
anugerah --keinsyafan akan keadilan
dan aidos hormat pada orang lain-- yang
memungkinkan manusia dapat hidup
bersama. Filsuf berikutnya adalah Gorgias
yang mempertahankan tiga
pendiriannya; 1) Tidak ada sesuatupun, 2)
Seandainya sesutu tidak ada,
maka ia tidak dapat dikenali, 3) Seandainya
sesuatu dapat dikenali, maka
hal itu tidak bisa disampaikan kepada orang
lain. Sofis Hippias
berpandangan bahwa Physis (kodrat) manusia
merupakan dasar dari tingkah
laku manusia dan susunan masyarakat,
bukannya undang-undang (nomos) karena
undang-undang sering kali memperkosa kodrat
manusia. Sofis Prodikos
mengatakan bahwa agama merupakan penemuan
manusia. Sedangkan Kritias
berpendapat bahwa agama ditemukan oleh
penguasa-penguasa negara yang
licik.
Sebagaimana para sofis, Socrates memulai
filsafatnya dengan bertitik
tolak dari pengalaman keseharian dan
kehidupan kongkret. Perbedaannya
terletak pada penolakan Socrates terhadap
relatifisme yang pada umumnya
dianut para sofis. Menurut Socrates tidak benar bahwa yang baik
itu baik
bagi warga negara Athena dan lain lagi bagi
warga negara Sparta. Yang baik
mempunyai nilai yang sama bagi semua
manusia, dan harus dijunjung tinggi
oleh semua orang. Pendirinya yang terkenal
adalah pandangannya yang
menyatakan bahwa keutamaan (arete) adalah
pengetahuan, pandangan ini
kadang-kadang disebut intelektualisme etis.
Dengan demikian Socrates
menciptakan suatu etika yang berlaku bagi
semua manusia. Sedang ilmu
pengetahuan Socrates menemukan metode
induksi dan memperkenalkan
definisi-definisi umum.
Plato.
Hampir semua karya Plato ditulis dalam
bentuk dialog dan Socrates diberi
peran yang dominan dalam dialog tersebut.
Sekurang-kurangnya ada dua
alasan mengapa Plato memilih yang
begitu. Pertama, sifat karyanya
Socratik
--Socrates berperan sentral-- dan diketahui bahwa Socrates tidak
mengajar tetapi mengadakan tanya jawab
dengan teman-temannya di
Athena. Dengan demikian, karya plato dapat
dipandang sebagai monumen bagi
sang guru yang dikaguminya. Kedua, berkaitan dengan anggapan plato
mengenai filsafat. Menurutya, filsafat pada intinya tidak lain
daripada
dialog, dan filsafat seolah-olah drama yang
hidup, yang tidak pernah
selasai tetapi harus dimulai kembali.
Ada tiga ajaran pokok dari Plato yaitu
tentang idea, jiwa dan proses
mengenal.
Menurut Plato realitas terbagi menjadi dua yaitu inderawi yang
selalu berubah dan dunia idea yang tidak
pernah berubah. Idea merupakan
sesuatu yang obyektif, tidak diciptakan
oleh pikiran dan justru sebaliknya
pikiran tergantung pada idea-idea tersebut.
Idea-idea berhubungan dengan
dunia melalui tiga cara; Idea hadir di
dalam benda, idea-idea
berpartisipasi dalam kongkret, dan idea
merupakan model atau contoh
(paradigma) bagi benda konkret. Pembagian dunia ini pada gilirannya juga
memberikam dua pengenalan. Pertama pengenalan tentang idea; inilah
pengenalan yang sebenarnya. Pengenalan yang dapat dicapai oleh rasio ini
disebut episteme (pengetahuan) dan
bersifat, teguh, jelas, dan tidak
berubah. Dengan demikian Plato menolak
relatifisme kaum sofis. Kedua,
pengenalan tentang benda-benda disebut doxa
(pendapat), dan bersifat tidak
tetap dan tidak pasti; pengenalan ini dapat
dicapai dengan panca
indera. Dengan dua dunianya ini juga Plato
bisa mendamaikan persoalan
besar filsafat pra-socratik yaitu pandangan
panta rhei-nya Herakleitos dan
pandangan yang ada-ada-nya Parmenides. Keduanya benar, dunia inderawi
memang selalu berubah sedangkan dunia idea
tidak pernah berubah dan abadi.
Memang jiwa Plato berpendapat bahwa jika
itu baka, lantaran terdapat
kesamaan antara jiwa dan idea. Lebih lanjut
dikatakan bahwa jiwa sudah ada
sebelum hidup di bumi. Sebelum bersatu
dengan badan, jiwa sudah mengalami
pra eksistensi dimana ia memandang
idea-idea. Berdasarkan pandangannya
ini, Plato lebih lanjut berteori bahwa
pengenalan pada dasarnya tidak lain
adalah pengingatan (anamnenis) terhadap
idea-idea yang telah dilihat pada
waktu pra-eksistansi. Ajaran Plato tentang
jiwa manusia ini bisa disebut
penjara. Plato juga mengatakan, sebagaimana
manusia, jagat raya juga
memiliki jiwa dan jiwa dunia diciptakan
sebelum jiwa-jiwa manusia.
Plato juga membuat uraian tentang negara.
Tetapi jasanya terbesar
adalah usahanya membuka sekolah yang
bertujuan ilmiah. Sekolahnya diberi
nama "Akademia" yang paling
didedikasikan kepada pahlawan yang bernama
Akademos. Mata pelajaran yang paling
diperhatikan adalah ilmu
pasti. Menurut cerita tradisi, di pintu
masuk akademia terdapat
tulisan; "yang belum mempelajari
matematika janganlah masuk di sini".
Aristoteles.
Ia berpendapat bahwa seorang tidak dapat
mengetahui suatu obyek jika ia
tidak dapat mengatakan pengetahuan itu pada
orang lain. Barangkali dengan
pandangannya yang seperti ini jumlah
karyanya sangat banyak bisa
dijelaskan. Spektrum pengetahuan yang
diminati oleh Aristoteles luas
sekali, barangkali seluas lapangan
pengetahuan itu sendiri. Menurutnya
pengetahuan manusia dapat disistemasikan
sebagai berikut;
Pengetahuan
--------------------------------------------------------------------
Teoritis
Praktis Produktif
-------------------------------------- --------------- -----------
Teologi/metafisik Matematika Fisika Etika Politik Seni
---------------------- --------
Ilmu Hitung Ilmu Ukur Retorika
Aristoteles berpendapat bahwa logika tidak
termasuk ilmu pengetahuan
tersendiri, tetapi mendahului ilmu pengetahuan
sebagai persiapan berfikir
secara ilmiah. Untuk pertama kalinya dalam
sejarah, logika diuraikan
secara sistematis. Tidak dapat
dibantah bahwa logika Aristoteles
memainkan peranan penting dalam sejarah
intelektual manusia; tidaklah
berlebihan bila Immanuel Kant mengatakan
bahwa sejak Aristoteles logika
tidak maju selangkahpun.
Mengenai pengetahuan, Aristoteles
mengatakan bahwa pengetahuan dapat
dihasilkan melalui jalan induksi dan jalan
deduksi, Induksi mengandalkan
panca indera yang "lemah",
sedangkan deduksi lepas dari pengetahuan
inderawi. Karena itu dalam logikanya
Aristoteles sangat banyak memberi
tempat pada deduksi yang dipandangnya
sebagai jalan sempurna menuju
pengetahuan baru. Salah satu cara
Aristoteles mempraktekkan deduksi adalah
Syllogismos (silogosme).
a. Fisika
Di dalam fisikanya, Aristoteles mempelajari
dan membagi gerak
(kinetis) menjadi dua; gerak spontan dan
gerak karena kekerasan. Gerak
spontan
yang diartikan sebagai perubahan secara umum dikelompokkan
menjadi gerak subsitusional yakni sesuatu
menjadi sesuatu yang lain
seperti seekor anjing mati dan gerak
aksidental yakni perubahan yang
menyangkut salah satu aspek saja. Gerak
aksidental ini berlangsung melalui
tiga cara; yaitu gerak lokal seperti meja
pindah dari satu tempat ke
tempat lain, gerak kualitatif seperti daun
hijau menjadi kuning, dan gerak
kuantitatif seperti pohon tumbuh membesar.
Dalam setiap gerak ada
1) keadaan terdahulu, 2) keadaan baru, dan
3) substratum yang
tetap. Sebagai contoh air dingin menjadi
panas; dengan dingin sebagai
keadaan terlebih dahulu, panas sebagai
keadaan baru dan air sebagai
substratum.
Analisa gerak ini menuntut kita membedakan
antara aktus dan
potensi. Dalam fase pertama panas menjadi
potensi air dan pada fase kedua
panas manjadi aktus. Aristoteles juga
mengintrodusir pengertian bentuk
(morphe atau eidos) dan materi (hyle) ke
dalam analisa geraknya. Dalam
contoh air dingin menjadi panas, air
sebagai hyle dan dingin serta panas
sebagai morphe.
Aristoteles berpendapat behwa setiap
kejadian mempunyai empat sebab
yang harus disebut. Keempat sebab tersebut
adalah penyebab efisien sebagai
sumber kejadian, penyebab final sebagai
tujuan atau arah kejadian,
penyebab material sebagai bahan tempat
kejadian tempat berlangsung dan
penyebab formal sebagai bentuk menyusun
bahan. Keempat kejadian ini
berlaku untuk semua kejadian alamiah maupun
yang disebabkan oleh manusia.
Aristoteles juga membicarakan phisis
sebagai prinsip perkembangan yang
terdapat dalam semua benda alamiah. Semua
benda mempunyai sumber gerak
atau diam dalam dirinya sendiri. Pohon
kecil tumbuh besar karena
phisisnya, pohon tetap tinggal pohon berkat
phisis atau
kodratnya. Mengenai alam, Aristoteles
berpendirian bahwa dunia ini
bergantung pada tujuan (telos) itu. Ia
mengatakan "Alam tidak membuat
sesuatupun dengan sia-sia dan tidak membuat
sesuatu yang berlebihan", atau
katanya lagi: "Alam berindak seolah-olah ia mengetahui konsekuensi
perbuatannya". Teologi ini mencakup
juga alam yang tidak hidup yang
terdiri dari empat anasir api, udara, air
dan tanah. Aristoteles
mengatakan bahwa setiap anasir menuju
ketempat kodratinya (locus
naturalis).
Berkaitan dengan jagat raya Aristoteles
mengatakan bahwa kosmos
terdiri dari dua wilayah yaitu wilayah
sublunar (di bawah bulan) dan
wilayah yang meliputi bulan, planet-planet
dan bintang-bintang. Jagat raya
berbentuk bola dan terbatas, tetapi tidak
mempunyai permulaan dan
kekal. Badan-badan jagat raya diluar bumi
semua terdiri dari anasir kelima
yaitu ether yang tidak dapat dimusnahkan
dan tidak dapat berubah menjadi
anasir lain. Gerak kodrati anasir ini
adalah melingkar. Berkaitan dengan
jagat raya ini Aristoteles mempunyai
pandangan yang masyhur mengenai
penggerak pertama yang tidak digerakkan.
b. Psikologi
Menurut Aristoteles jiwa dan badan dipandang
sebagai dua aspek dari
satu substansi. Badan adalah materi dan
jiwa dalam bentuk dan
masing-masing berperan sebagai potensi dan aktus. Pada
manusia, jiwa dan
tumbuh merupakan dua aspek dari substansi
yang sama yakni
manusia. Anggapan ini mempunyai konsekuensi
bahwa jiwa tidak kekal karena
jiwa tidak dapat hidup tanpa materi.
Potensi dan aktus juga mempunyai dalam
pengenalan inderawi. kita
menerima bentuk tanpa materi. Pengenalan
inderawi tidak lain adalah
peralihan dari potensi ke aktus suatu organ
tubuh dari aktus
obyek. Sebagaimana proses pengenalan
inderawi dalam pengenalan rasional
bentuk tepatnya bentuk intelektual diterima
oleh rasio. Bentuk intelektual
ialah bentuk hakikat atau esensi suatu
benda. Fungsi rasio dibagi menjadi
dua macam yaitu rasio pasif (nus
pathetikos) yang menerima esensi dan
rasio aktif (nus poitikos) yang
"membentuk" esensi.
c. Metafisika
Ta meta ta physica berarti hal-hal sesudah
hak-hal fisis. Metafisika
merupakan pengetahuan yang semata-mata
berkaitan dengan tuhan dan fenomena
yang terpisah dari alam. Di dalam
Metaphysica-nya Aristoteles membahas
Penggerak Utama. Gerak utama di jagat raya
tidak mempunyai permulaan
maupun penghabisan. Karena setiap sesuatu
yang bergerak, digerakkan oleh
sesuatu yang lain perlulah menerima satu
Penggerak Pertama yang
menyebabkan gerak itu, tetapi ia sendiri
tidak digerakkan. Penggerak ini
sama sekali lepas dari materi, karena
segalanya yang mempunyai meteri
mempunyai potensi untuk bergerak. Allah
sebagai Penggerak Pertama tidak
mempunyai potensi apapun juga dan Allah
harus dianggap sebagai aktus
murni. Allah bersifat immaterial atau tak
badani, Ia harus disamakan
dengan kesadaran atau pemikirannya. Karena
itu aktifitas-Nya tidak lain
adalah berpikir saja dan Allah merupakan
pemikiran yang memandang
pemikirannya. Allah sebagai penyebab final
dari gerak jagat raya
ini; segala sesuatu pengejar penggerak yang
sempurna dan Ia menggerakkan
karena dicintai.
Ajaran lain dari Aristoteles adalah tentang
filsafat praktis yaitu
etika dan politika. Lanjut di sini. Dalam
filsafat, Aristoteles disebut
sebagai tokoh madzhab peripatis (peripatos,
berjalan-jalan) yang
menyadarkan diri pada deduksi untuk
memperoleh kebijaksanaan. Sedangkan
gurunya, Plato merupakan tokoh madzhab
illuminasionis yang juga
mengandalkan jalan hati, asketisme dan
penyucian jiwa dalam menyingkap
realitas.
[] dari berbagai sumber.