- Back to Home »
- filsafat , Kajian »
- Pengertian Filsafat
Posted by : Unknown
Jan 3, 2017
Pengertian Filsafat
1. Arti filsafat
Apakah filsafat itu? Bagaimana definisinya?
Demikianlah pertanyaan pertama
yang kita hadapi tatkala akan mempelajari
ilmu filsafat. Istilah
"filsafat" dapat ditinjau dari
dua segi, yakni:
a. Segi semantik: perkataan filsafat
berasal dari bahasa Arab 'falsafah',
yang berasal dari bahasa Yunani,
'philosophia', yang berarti 'philos' =
cinta, suka (loving), dan 'sophia' =
pengetahuan, hikmah(wisdom). Jadi
'philosophia' berarti cinta kepada
kebijaksanaan atau cinta kepada
kebenaran. Maksudnya, setiap orang yang
berfilsafat akan menjadi
bijaksana. Orang yang cinta kepada
pengetahuan disebut 'philosopher',
dalam bahasa Arabnya 'failasuf".
Pecinta pengetahuan ialah orang yang
menjadikan pengetahuan sebagai tujuan
hidupnya, atau perkataan lain, mengabdikan
dirinya kepada pengetahuan.
b. Segi praktis : dilihat dari pengertian
praktisnya, filsafat bererti
'alam pikiran' atau 'alam berpikir'.
Berfilsafat artinya berpikir. Namun
tidak semua berpikir bererti berfilsafat.
Berfilsafat adalah berpikir
secara mendalam dan sungguh-sungguh. Sebuah
semboyan mengatakan bahwa
"setiap manusia adalah filsuf".
Semboyan ini benar juga, sebab semua
manusia berpikir. Akan tetapi secara umum
semboyan itu tidak benar, sebab
tidak semua manusia yang berpikir adalah
filsuf.
Filsuf hanyalah orang yang memikirkan
hakikat segala sesuatu dengan
sungguh-sungguh dan mendalam.
Tegasnya: Filsafat adalah hasil akal
seorang manusia yang mencari dan
memikirkan suatu kebenaran dengan
sedalam-dalamnya. Dengan kata
lain: Filsafat adalah ilmu yang mempelajari
dengan sungguh-sungguh hakikat
kebenaran segala sesuatu.
Beberapa definisi
Kerana luasnya lingkungan pembahasan ilmu
filsafat, maka tidak mustahil
kalau banyak di antara para filsafat
memberikan definisinya secara
berbeda-beda. Coba perhatikan
definisi-definisi ilmu filsafat dari filsuf
Barat dan Timur di bawah ini:
a. Plato (427SM - 347SM) seorang filsuf
Yunani yang termasyhur murid
Socrates dan guru Aristoteles, mengatakan:
Filsafat adalah pengetahuan
tentang segala yang ada (ilmu pengetahuan
yang berminat mencapai kebenaran
yang asli).
b. Aristoteles (384 SM - 322SM) mengatakan
: Filsafat adalah ilmua
pengetahuan yang meliputi kebenaran, yang
di dalamnya terkandung ilmu-ilmu
metafisika, logika, retorika, etika,
ekonomi, politik, dan estetika
(filsafat menyelidiki sebab dan asas segala
benda).
c. Marcus Tullius Cicero (106 SM - 43SM)
politikus dan ahli pidato Romawi,
merumuskan: Filsafat adalah pengetahuan
tentang sesuatu yang mahaagung dan
usaha-usaha untuk mencapainya.
d. Al-Farabi (meninggal 950M), filsuf
Muslim terbesar sebelum Ibnu Sina,
mengatakan : Filsafat adalah ilmu
pengetahuan tentang alam maujud dan
bertujuan menyelidiki hakikat yang
sebenarnya.
e. Immanuel Kant (1724 -1804), yang sering
disebut raksasa pikir Barat,
mengatakan : Filsafat itu ilmu pokok dan
pangkal segala pengetahuan yang
mencakup di dalamnya empat persoalan,
yaitu:
" apakah yang dapat kita ketahui?
(dijawab oleh metafisika)
" apakah yang dapat kita kerjakan?
(dijawab oleh etika)
" sampai di manakah pengharapan kita?
(dijawab oleh antropologi)
f. Prof. Dr. Fuad Hasan, guru besar
psikologi UI, menyimpulkan: Filsafat
adalah suatu ikhtiar untuk berpikir
radikal, artinya mulai dari radiksnya
suatu gejala, dari akarnya suatu hal yang
hendak dimasalahkan. Dan dengan
jalan penjajakan yang radikal itu filsafat
berusaha untuk sampai kepada
kesimpulan-kesimpulan yang universal.
g. Drs H. Hasbullah Bakry merumuskan: ilmu
filsafat adalah ilmu yang
menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam
mengenai ketuhanan, alam
semesta dan manusia, sehingga dapat
menghasilkan pengetahuan tentang
bagaimana hakikatnya sejauh yang dapat
dicapai oleh akal manusia, dan
bagaimana sikap manusia itu seharusnya
setelah mencapai pengetahuan itu.
Kesimpulan
Setelah mempelajari rumusan-rumusan
tersebut di atas dapatlah disimpulkan
bahwa:
a. Filsafat adalah 'ilmu istimewa' yang
mencoba menjawab masalah-masalah
yang tidak dapat dijawab oleh ilmu
pengetahuan biasa kerana
masalah-masalah tersebut di luar jangkauan
ilmu pengetahuan biasa.
b. Filsafat adalah hasil daya upaya manusia
dengan akal budinya untuk
memahami atau mendalami secara radikal dan
integral serta sistematis
hakikat sarwa yang ada, yaitu:
" hakikat Tuhan,
" hakikat alam semesta, dan
" hakikat manusia,
serta sikap manusia sebagai konsekuensi
dari paham tersebut. Perlu
ditambah bahwa definisi-definisi itu
sebenarnya tidak bertentangan, hanya
cara mengesahkannya saja yang berbeda.
2. Tujuan, fungsi dan manfaat filsafat
Menurut Harold H. Titus, filsafat adalah
suatu usaha memahami alam
semesta, maknanya dan nilainya. Apabila
tujuan ilmu adalah kontrol, dan
tujuan seni adalah kreativitas,
kesempurnaan, bentuk keindahan komunikasi
dan ekspresi, maka tujuan filsafat adalah
pengertian dan kebijaksanaan
(understanding and wisdom).
Dr Oemar A. Hoesin mengatakan: Ilmu memberi
kepada kita pengatahuan, dan
filsafat memberikan hikmah. Filsafat
memberikan kepuasan kepada keinginan
manusia akan pengetahuan yang tersusun
dengan tertib, akan kebenaran.
S. Takdir Alisyahbana menulis dalam
bukunya: filsafat itu dapat memberikan
ketenangan pikiran dan kemantapan hati,
sekalipun menghadapi maut. Dalam
tujuannya yang tunggal (yaitu kebenaran)
itulah letaknya kebesaran,
kemuliaan, malahan kebangsawanan filsafat
di antara kerja manusia yang
lain. Kebenaran dalam arti yang
sedalam-dalamnya dan seluas-luasnya
baginya, itulah tujuan yang tertinggi dan
satu-satunya. Bagi manusia,
berfilsafat itu bererti mengatur hidupnya
seinsaf-insafnya,
senetral-netralnya dengan perasaan tanggung
jawab, yakni tanggung jawab
terhadap dasar hidup yang sedalam-dalamnya,
baik Tuhan, alam, atau pun
kebenaran.
Radhakrishnan dalam bukunya, History of
Philosophy, menyebutkan: Tugas
filsafat bukanlah sekadar mencerminkan
semangat masa ketika kita hidup,
melainkan membimbingnya maju. Fungsi
filsafat adalah kreatif, menetapkan
nilai, menetapkan tujuan, menentukan arah
dan menuntun pada jalan
baru. Filsafat hendaknya mengilhamkan
keyakinan kepada kita untuk
menompang dunia baru, mencetak
manusia-manusia yang menjadikan
penggolongan-penggolongan berdasarkan
'nation', ras, dan keyakinan
keagamaan mengabdi kepada cita mulia
kemanusiaan. Filsafat tidak ada
artinya sama sekali apabila tidak universal,
baik dalam ruang lingkupnya
maupun dalam semangatnya.
Studi filsafat harus membantu orang-orang
untuk membangun keyakinan
keagamaan atas dasar yang matang secara
intelektual. Filsafat dapat
mendukung kepercayaan keagamaan seseorang,
asal saja kepercayaan tersebut
tidak bergantung pada konsepsi prailmiah
yang usang, yang sempit dan yang
dogmatis. Urusan (concerns) utama agama
ialah harmoni, pengaturan, ikatan,
pengabdian, perdamaian, kejujuran,
pembebasan, dan Tuhan.
Berbeda dengan pendapat Soemadi Soerjabrata,
yaitu mempelajari filsafat
adalah untuk mempertajamkan pikiran, maka
H. De Vos berpendapat bahwa
filsafat tidak hanya cukup diketahui,
tetapi harus dipraktekkan dalam
hidup sehari-sehari. Orang mengharapkan
bahwa filsafat akan memberikan
kepadanya dasar-dasar pengetahuan, yang
dibutuhkan untuk hidup secara
baik. Filsafat harus mengajar manusia,
bagaimana ia harus hidup secara
baik. Filsafat harus mengajar manusia,
bagaimana ia harus hidup agar dapat
menjadi manusia yang baik dan bahagia.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
tujuan filsafat adalah mencari
hakikat kebenaran sesuatu, baik dalam
logika (kebenaran berpikir), etika
(berperilaku), maupun metafisik (hakikat
keaslian).